Latest Movie :
SELAMAT DATANG DAN SLAMAT MEMBACA BLOG SAYA YANG SEDERHANA INI santun saya PUJANGGA HINA
Recent Movies

edit foto

Hai sobat, mungkin info ini yang kalian cari, yaitu tempat buat edit foto online yang keren, lucu, gokil, dan gratis. Saya akan mengupas beberapa situs edit foto online yang dapat kita manfaatkan jasanya secara gratis di internet pada artikel ini.
(Btw, Mungkin kamu juga tertarik melihat foto kim bum, foto justin bieber,  atau biodata nikita willy silahkan ditekan linknya maka akan terbuka di halaman baru :) )
Semoga saja daftar situs editing photo online berikut ini cocok dengan selera sobat semuanya. Gak pakai lama, silakan cekidot list situs edit photo online free di bawah ini :







edit foto online

Contoh daftar situs edit foto online yang gratis:

1. Photofunia
Inilah situs favoritku dalam hal mengedit foto. Kita bisa mengedit foto suka-suka di website ini dengan fitur-fitur yang ada. Disediakan banyak bingkai/frame yang dapat dipilih menurut keinginan. Dengannya kita dapat membuat efek seolah-olah foto kita dipasang di sebuah gedung, papan reklame, majalah, botol dan lain-lain. Langsung meluncur ke tkp di photofunia.com saja biar bisa langsung praktek.
2. Faceinhole
Jujur saya tak pernah memakai jasa situs ini meskipun sebenarnya tak kalah tenar dari photofunia. Katanya, FACEinHOLE menyediakan layanan web yang membuat foto penggunanya dapat menjadi tokoh-tokoh yang disukai. Setelah jadi hasilnya dapat kita posting ke berbagai situs sosial network atau blog semacam friendster, myspace, blogger dan lain-lain. Tertarik? Silakan edit foto online di Faceinhole.com
3. Pizap
Pizap merupakan salah satu situs edit photo yang paling gokil menurutku. Pilihan frame yang disediakan lucu-lucu.Di situs ini kita bisa edit dan menambah effect, pernak pernik, teks bahkan menambahkan ekspresi wajah. Silakan dibuktikan sendiri di www.pizap.com. Dijamin keren!
4. Picnik
Situs ini menyediakan layanan gratis maupun yang berbayar. Untuk yang versi gratis kita bisa memanfaatkan fitur-fitur seperti tools efek, shapes, fonts, frames dan touch up.Sedang untuk yang premium atau yang berbayar selain dapat menikmati semua fasilitas dari versi gratisan dan bebas iklan, juga dilengkapi dengan tool spesial baru bernama Advanced Editing, koneksi tanpa batas ke semua situs photo sharing favorit, dukungan prioritas, memori foto dan photo histori tanpa batas, serta konten eksklusif dan preview dari fitur-fitur baru. Tak ada salahnya mencoba di www.picnik.com bukan?
5pixenia
Situs yang beralamatkan di pixenate.com ini memiliki fitur zooming, enhancing dan cropping, resizing, whitening, red eye, sepia, fun effect dan banyak lagi. Saya tak bisa memberikan review lebih detail lagi karena juga baru tahu kemarin setelah googling dan masih belum sempat mencoba. Silakan dibuktikan sendiri kehebatannya seperti apa? Pixenate.com
6. Festisite
Dengan menggunakan jasa situs ini kita bisa menaruh wajah kita pada mata uang dari berbagai negara.
7. Funny pho.to
Menurutku situs ini mirip dengan photofunia hanya dengan template yang berbeda yang lebih lucu. Alamatnya di www.funny.pho.to.com
8. Fakemagazinecover
Ini cocok buat kamu-kamu yang terobsesi untuk menjadi seorang model hehe.. Karena template yang disediakan untuk mengedit foto kamu adalah cover majalah dengan beraneka pilihan. Keren!
9. Makemebabies
Haha.. lucu banget ni situs karena bisa memprediksi wajah bayi yang akan dilahirkan oleh sepasang suami istri. Jika kamu berniat akan memiliki anak tak ada ruginya mengupload foto kamu dan pasangan lalu lihatlah seperti apa wajah bayi yang akan kalian lahirkan nantinya.
10. Hairmixer
Ini dia untuk kamu yang doyan ganti model rambut. Sebelum pergi ke salon coba dulu bagaimana penampilanmu jika memakai potongan rambut seperti yang dimiliki para selebriti.
11. Be Funky
Situs ini memberikan pilihan cukup banyak efek juga. Yang aku sukai salah satunya adalah bisa membuat foto kita tampak seperti kartun hehehe.. Coba deh di BeFunky.
12. FunPhotoBox
Website yang satu ini juga menyediakan layanan editing foto secara online. Untuk menggunakannya ada tiga langkah yaitu pilih efek, upload foto dan kemudian simpan hasilnya :D . Sangat mudah digunakan.
13. Photo505
Begitu masuk ke web ini kalian akan langsung disuguhi dengan banyaknya pilihan theme/bingkai yang mana kalian akan bisa menaruh wajah di foto yang kalian upload menggantikan wajah yang ada di dalam theme. Karena mendukung Face Detection Technology.
14. Dumpr
15. BigHugesLabs
16. Write On It
Welcome on WriteOnIt.
Here you can easily create your photomontage, free cards, magazine cover and other funny jokes for you and your friends.
Start now!
Seperti itulah kata sambutan ketika masuk ke situsnya. Ya, dengan memanfaatkan write on it, kita bisa mengkreasikan photomontage, free cards, magazine cover, dan yang lebih seru kita bisa meletakkan wajah kita di badan seorang selebriti top dunia.
17. MagMyPic
Kita dapat meletakkan foto kita di cover majalah.
18. Loonapix
Fitur yang disediakan diantaranya, loonapic effect, photo frames, face effect, calendar wallpaper, create gif. Kunjungi loonapix.
19. Funny Wow
Coba deh ke sini, ini mirip sama photofunia tapi oke juga untuk dicoba.
20. Any Making
Apply a lot of nice and funny photo effects to joke with your friends. AnyMaking online photo fun effects converts your everyday’s pictures into beautiful artworks! Select special fun photo effects, upload your picture and that’s it!
Atau kalau dalam bahasa indonesia kira-kira begini artinya, buatlah banyak efek foto lucu dan keren untuk bercanda dengan temanmu. AnyMaking efek foto online yang lucu mengubah foto sehari-hari kamu menjadi sebuah karya seni yang cantik. Pilihlah efek foto lucu yang special, upload fotomu dan jadilah !
21. Blingee
Ini juga merupakan salah satu situs edit foto keren yang pantas mendapat 2 jempol. :D Sangat cocok buat anak gaul seperti kamu-kamu. Pokoknya gothic, gokil, metal, funky, top abis deh. :thumbup: Coba aja di Blingee. Btw, ada yang bertanya di mana bisa edit foto online yang ada kesan magic -nya.
22. Gross Out
Situs edit foto yang ada gambar mata melotot dan yang akan melirik mengikuti arah kursor ini bisa mengedit foto yang kita upload dari komputer atau kita ambil langsung dari webcam.
23. Cut My Pic
Situs editing foto online yang ini bisa digunakan untuk memotong (cut) foto dan hasilnya bisa dikirimkan via email ataupun langsung disimpan di PC (personal computer).
24. Foto Flexer
Website edit foto yang satu ini juga bisa kita manfaatkan jasanya secara gratis. Kita bisa mengupload photo dari komputer, ataupun mengedit foto dari photobucket, facebook, myspace, flickr, picasa dan beberapa website foto lainnya secara langsung.
25. Phxir
Waktu masuk ke situs ini suasananya emang agak serem, karena ada background darahnya. Tapi begitu mengeklik tombol get started kita bisa mulai mengedit photo seperti halnya Foto Flexer, kita pun bisa mengupload dari komputer dari photobucket, facebook, myspace, flickr, picasa, webshots, dsb.
26. Blibs
Wah, ini juga salah satu favorit saya. Fitur dan efek yang disediakan cukup banyak dan keren-keren. Serasa photosop online. Coba deh, tapi jangan pusing ya melihat pilihan menunya yang cukup banyak hehe…
27. Yx.Keniu.com
Ini mirip photofunia, tapi frame yang disediakan beda dan tak kalah keren. Tapi, sayang pakai bahasa mandarin jadinya bingung :D . Kalau mau coba sebaiknya buka situsnya pakai kamus indonesia inggris online aja biar gak puyeng duluan hehe..
28. Pic Joke
Namanya aja pic joke, pastinya lucu dong hehe.. kita dapat mengubah foto kita menjadi gambar yang lucu dengan layanan ini. Ada banyak sekali pilihan efek yang dikasih. Dan yang lebih enaknya lagi situs ini mendukung bahasa indonesia. Jadi, yang bahasa inggrisnya agak belepotan seperti saya pun bisa menggunakannya tanpa kebingungan. Mau coba? Langsung aja meluncur ke pic joke.
Update web buat bikin avatar lucu :
1. Yahoo avatar
Dengan layanan gratis ini kita bisa membuat berbagai macam avatar yang keren dan mantab.
bikin yahoo avatar
2. Southparkstudios avatar
Layanan ini memungkinkan kita membuat avatar dan bisa memodifikasi style rambut, accessories, baju, celana, dll.
cara bikin avatar
3. Tizme
Create your own identity and use it wherever you like! TizMe has integrated support for community sites, instant messengers, and compatible mobile phones.
Untuk mulai menggunakan layanan ini silahkan diklik pada tulisan “click here to create a Tizme”. Selanjutnya kalian bisa memilih mau buat avatar cewek atau cowok.
avatar keren lucu
4. Tektek
Wesite ini juga keren untuk bikin avatar, kita bisa mengedit eyes, hair, mouth, ites, outfits, gender, type avatar normal atau special.
Sementara itu dulu daftar macam situs edit foto online di internet yang bisa saya share.  Semoga nanti bisa terus update dan menambah lagi daftarnya. Semoga apa yang sudah tulis mengenai edit foto online ini dapat menjadi artikel bermanfaat bagi semuanya ! Dan masukan dari teman-teman saya tunggu dengan tangan terbuka lebar. Terima kasih atas kunjungannya ke blog ini :D
 lengkapnya ada disini

Sejarah dan Asal usul Lombok

Sejarah dan Asal usul Lombok

29 Des
Banyak hal yang menarik untuk dibicarakan mengenai kehidupan di pulau Lombok, khususnya mengenai sejarah asal usul masyarakat, kerajaan yang pernah ada, keyakinan dan agama, hingga objek wisata yang di tawarkan. Sehingga dalam kesempatan ini saya mencoba mengangkat sebuah tema mengenai beberapa hal yang ada di pulau Lombok. Berikut penjelasannya:
1. Pendahuluan
Lombok (penduduk pada tahun 1990: 2.403.025) adalah sebuah pulau di kepulauan Sunda Kecil atau Nusa Tenggara yang terpisahkan oleh Selat Lombok dari Bali di sebelah barat dan Selat Alas di sebelah timur dari Sumbawa. Pulau ini kurang lebih bulat bentuknya dengan semacam “ekor” di sisi barat daya yang panjangnya kurang lebih 70 km. Pulau ini luasnya adalah 4.725 km² (sedikit lebih kecil daripada Bali). Kota utama di pulau ini adalah Kota Mataram.
Selat Lombok menandai jalan masuk dari pemisah biogeografis antara fauna di wilayah Indomalay dan perbedaan fauna yang sangat jelas di Australasia dikenal dengan Wallace line, diambil dari nama penemunya Alfred Russel Wallace.
Pemetaan pulau Lombok didominasi oleh stratovolcano Gunung Rinjani, yang mencapai tinggi 3.726m (12.224 kaki), yang membuat Gunung Rinjani menjadi gunung tertinggi ketiga di Indonesia. Di lembah Gunung Rinjani, Anda akan menemukan hutan hijau yang rimbun, sawah dan air terjun yang indah.
Pusat keramaian yang paling berkembang di sebelah barat adalah Senggigi, tersebar 30 kilometer sepanjang jalan pantai disebelah utara Mataram, Sementara para divers biasanya berkumpul bersama di Gili, yang berada di pantai barat.
Bagian selatan dari pulau Lombok adalah tanah yang subur dimana jagung, kopi, tembakau dan kapas tumbuh. Salah satu tujuan wisata yang populer adalah Kuta, terkenal dengan pantai yang belum tersentuh dan beberapa orang menganggap pantai ini adalah salah satu tempat berselancar terbaik di dunia.
Dalam total area sebesar 4.752km2 (1.825 sq mi) terdapat 2.950.105 orang (2005), 85% adalah suku Sasak, yang awalnya diperkirakan berpindah dari Jawa pada awal abad sebelum Masehi. Sejak populasi suku Sasak mempelajari Islam, pemandangan di pulau Lombok mulai banyak dipenuhi dengan Masjid-masjid dan menaranya, dan di desa tradisional suku Sasak, Anda bisa menemukan kehidupan pedesaan dengan budayanya yang unik. Penduduk lain termasuk 10-15% orang Bali, dengan selebihnya adalah orang Cina, Arab, Jawa dan Sumbawa.
2. Sejarah awal mula
Era Pra Sejarah tanah Lombok tidak jelas karena sampai saat ini belum ada data-data dari para ahli serta bukti yang dapat menunjang tentang masa pra sejarah tanah Lombok ini.
Suku Sasak temasuk dalam ras tipe Melayu yang konon telah tinggal di Lombok selama 2.000 tahun yang lalu dan diperkirakan telah menduduki daerah pesisir pantai sejak 4.000 tahun yang lalu. Dengan demikian perdagangan antar pulau sudah aktif sejak zaman tersebut dan bersamaan dengan itu saling mempengaruhi antarbudaya juga telah menyebar.
Lombok Mirah Sasak Adi adalah salah satu kutipan dari kita Negarakertagama, sebuah kitab yang memuat tentang kekuasaan dan pemerintahaan kerajaan Majapahit. Kata “Lombok” dalam bahasa kawi berarti lurus atau jujur, kata “mirah” berarti permata, kata “sasak” berarti kenyataan, dan kata “adi” artinya yang baik atau yang utama. Maka arti keseluruhannya yaitu kejujuran adalah permata kenyataan yang baik atau utama. Makna filosofi itulah mungkin yang selalu di idamkan leluhur penghuni tanah Lombok yang tercipta sebagai bentuk kearifan lokal yang harus dijaga dan dilestariakan oleh anak cucunya (Sasak children). Dalam kitab – kitab lama, nama Lombok dijumpai disebut Lombok mirah dan Lombok adi . Beberapa lontar Lombok juga menyebut Lombok dengan gumi selaparang atau selapawis.
Asal-usul penduduk pulau Lombok terdapat di beberapa versi, salah satunya yaitu kata “sasak” secara etimilogis menurut Dr. Goris. s. berasal dari kata “sah” yang berarti pergi dan “shaka” yang berarti leluhur. Berarti pergi ke tanah leluhur orang Sasak (Lombok). Dari etimologis ini di duga leluhur orang Sasak adalah orang Jawa. Terbukti pula dari tulisan Sasak yang oleh penduduk Lombok disebut Jejawan, yakni aksara Jawa yang selengkapnya diresepsi oleh kesusastraan Sasak.
Sasak traditional merupakan etnis mayoritas penghuni pulau Lombok, suku Sasak merupakan etnis utama meliputi hampir 95% penduduk seluruhnya. Bukti lain juga menyatakan bahwa berdasarkan prasasti tong – tong yang ditemukan di Pujungan, Bali, Suku Sasak sudah menghuni pulau Lombok sejak abad IX sampai XI Masehi, Kata Sasak pada prasasti tersebut mengacu pada tempat suku bangsa atau penduduk seperti kebiasaan orang Bali sampai saat ini sering menyebut pulau Lombok dengan gumi sasak yang berarti tanah, bumi atau pulau tempat bermukimnya orang Sasak.
Sejarah Lombok tidak lepas dari silih bergantinya penguasaan dan peperangan yang terjadi di dalamnya baik konflik internal, yaitu peperangan antar kerajaan di Lombok maupun ekternal yaitu penguasaan dari kerajaan di luar pulau Lombok. Perkembangan era Hindu, Buddha, memunculkan beberapa kerajaan seperti Selaparang Hindu, dan Bayan. Kerajaan-kerajaan tersebut dalam perjalannya di tundukan oleh penguasa dari kerajaan Majapahit saat ekspedisi Gajah Mada di abad XIII – XIV dan penguasaan kerajaan Gel – Gel dari Bali pada abad VI.
Antara Jawa, Bali dan Lombok mempunyai beberapa kesamaan budaya seperti dalam bahasa dan tulisan. Jika di telusuri asal – usul mereka banyak berakar dari Hindu Jawa. Hal itu tidak lepas dari pengaruh penguasaan kerajaan Majapahit yang kemungkinan mengirimkan anggota keluarganya untuk memerintah atau membangun kerajaan di Lombok. Pengaruh Bali memang sangat kental dalam kebudayaan Lombok hal tersebut tidak lepas dari ekspansi yang dilakukan oleh kerajaan Bali sekitar tahun 1740 di bagian barat pulau Lombok dalam waktu yang cukup lama. Sehingga banyak terjadi akulturasi antara budaya lokal dengan kebudayaan kaum pendatang. Hal tersebut dapat dilihat dari terjelmanya genre – genre campuran dalam kesenian. Banyak genre seni pertunjukan tradisional berasal atau diambil dari tradisi seni pertunjukan dari kedua etnik. Sasak dan Bali saling mengambil dan meminjam sehingga terciptalah genre kesenian baru yang menarik dan saling melengkapi.
Gumi Sasak silih berganti mengalami peralihan kekuasaan hingga ke era Islam yang melahirkan kerajaan Islam Selaparang dan Pejanggik. Ada beberapa versi masuknya Islam ke Lombok sepanjang abad XVI Masehi. Yang pertama berasal dari Jawa dengan cara Islam masuk lewat Lombok timur. Yang kedua peng-Islaman berasal dari Makassar dan Sumbawa. Ketika ajaran tersebut diterima oleh kaum bangsawan ajaran tersebut dengan cepat menyebar ke kerajaan–kerajaan di Lombok timur dan Lombok tengah.
Mayoritas etnis sasak beragama Islam, namun demikian dalam kenyataanya pengaruh Islam juga berakulturasi dengan kepercayaan lokal sehingga terbentuk aliran seperti wektu telu, jika dianalogikan seperti abangan di Jawa. Pada saat ini keberadaan wektu telu sudah kurang mendapat tempat karena tidak sesuai dengan syariat Islam. Pengaruh Islam yang kuat menggeser kekuasaan Hindu di pulau Lombok, hingga saat ini dapat dilihat keberadaannya hanya di bagian barat pulau Lombok saja khususnya di kota Mataram.
Silih bergantinya penguasaan di Pulau Lombok dan masuknya pengaruh budaya lain membawa dampak semakin kaya dan beragamnya khasanah kebudayaan Sasak. Sebagai bentuk dari Pertemuan (difusi, akulturasi, inkulturasi) kebudayaan. Seperti dalam hal kesenian, bentuk kesenian di Lombok sangat beragam. Kesenian asli dan pendatang saling melengakapi sehingga tercipta genre-genre baru. Pengaruh yang paling terasa berakulturasi dengan kesenian lokal yaitu kesenian bali dan pengaruh kebudayaan Islam. Keduanya membawa kontribusi yang besar terhadap perkembangan kesenian-kesenian yang ada di Lombok hingga saat ini. Implementasi dari pertemuan kebudayaan dalam bidang kesenian yaitu, yang merupakan pengaruh Bali; Kesenian Cepung, cupak gerantang, Tari jangger, Gamelan Thokol, dan yang merupakan pengaru Islam yaitu kesenian Rudad, Cilokaq, Wayang Sasak, Gamelan Rebana.
3. Kajian tentang kerajaan-kerajaan di Lombok
Di antara sumber sejarah yang bisa digunakan untuk menjelaskan asal usul dari Lombok adalah Babad Lombok. Menurut Babad Lombok, kerajaan tertua di pulau Lombok bernama Kerajaan Laeq. Tapi, sumber lain, yaitu Babad Suwung menyatakan bahwa, bahwa kerajaan tertua di Lombok adalah kerajaan Suwung yang dibangun dan diperintah oleh Raja Betara Indera. Setelah Kerajaan Suwung ini surut, baru muncul Kerajaan Lombok. Mana yang benar, Laeq atau Suwung? Semuanya masih dalam perdebatan.
Secara selintas, urutan berdirinya kerajaan-kerajaan di daerah ini bisa dirunut sebagai berikut, dengan catatan bahwa ini bukan satu-satunya versi yang berkembang. Pada awalnya, kerajaan yang berdiri adalah Laeq. Diperkirakan, posisinya berada di kecamatan Sambalia, Lombok Timur. Dalam perkembangannya, kemudian terjadi migrasi, masyarakat Laeq berpindah dan membangun sebuah kerajaan baru, yaitu kerajaan Pamatan, di Aikmel, desa Sembalun sekarang. Lokasi desa ini berdekatan dengan Gunung Rinjani. Suatu ketika, Gunung Rinjani meletus, menghancurkan desa dan kerajaan yang berada di sekitarnya. Para penduduk menyebar menyelamatkan diri ke wilayah aman. Perpindahan tersebut menandai berakhirnya kerajaan Pamatan.
Setelah Pamatan berakhir, muncullah kerajaan Suwung yang didirikan oleh Batara Indera. Lokasi kerajaan ini terletak di daerah Perigi saat ini. Setelah kerajaan Suwung berakhir, barulah kemudian muncul kerajaan Lombok. Seiring perjalanan sejarah, kerajaan Lombok kemudian mengalami kehancuran akibat serangan tentara Majapahit pada tahun 1357 M. Raden Maspahit, penguasa kerajaan Lombok melarikan diri ke dalam hutan. Ketika tentara Majapahit kembali ke Jawa, Raden Maspahit keluar dari hutan dan mendirikan kerajaan baru dengan nama Batu Parang. Dalam perkembangannya, kerajaan ini kemudian lebih dikenal dengan nama Selaparang.
Berkaitan dengan Selaparang, kerajaan ini terbagi dalam dua periode: pertama, periode Hindu yang berlangsung dari abad ke-13 M, dan berakhir akibat ekspedisi kerajaan Majapahit pada tahun 1357 M; dan kedua, periode Islam, berlangsung dari abad ke-16 M, dan berakhir pada abad ke-18 (1740 M), setelah ditaklukkan oleh pasukan gabungan kerajaan Karang Asem, Bali dan Banjar Getas.
Sebelum Abad ke 16 Lombok berada dalam kekuasan Majapahit, dengan dikirimkannya Maha Patih Gajah Mada ke Lombok. Pada akhir abad ke 16 sampai awal abad ke 17, lombok banyak dipengaruhi oleh Jawa Islam melalui dakwah yang dilakukan oleh Sunan Giri, juga dipengaruhi oleh Makassar. Hal ini yang menyebabkan perubahan agama di suku Sasak, yang sebelumnya Hindu menjadi Islam.
Pada awal abad ke 18 M, Lombok ditaklukkan oleh kerajaan Gel Gel Bali. Peninggalan Bali yang sangat mudah dilihat adalah banyaknya komunitas Hindu Bali yang mendiami daerah Mataram dan Lombok Barat. Beberapa Pura besar juga gampang di temukan di kedua daerah ini. Lombok berhasil bebas dari pengaruh Gel Gel setelah terjadinya pengusiran yang dilakukan kerajaan Selapang (Lombok Timur) dengan dibantu oleh kerajaan yang ada di Sumbawa (pengaruh Makassar). Beberapa prajurit Sumbawa kabarnya banyak yang akhirnya menetap di Lombok Timur, terbukti dengan adanya beberapa desa di Tepi Timur Laut Lombok Timur yang penduduknya mayoritas berbicara menggunakan bahasa Samawa.
Uraian di atas setidaknya bisa menunjukkan bahwa, kerajaan-kerajaan tersebut benar-benar ada, pernah berdiri, berkembang kemudian runtuh. Bagaimana informasi selanjutnya, seperti kehidupan sosial budaya masyarakat awam dan keluarga istana saat itu? Data sejarah yang ada belum banyak mengungkap fakta tersebut.
Menurut Lalu Djelenga, catatan sejarah yang lebih berarti mengenai kerajaan-kerajaan di Lombok dimulai dari masuknya ekspedisi Majapahit tahun 1343 M, di bawah pimpinan Mpu Nala. Ekspedisi Mpu Nala ini dikirim oleh Gajah Mada sebagai bagian dari usahanya untuk mempersatukan seluruh Nusantara di bawah bendera Majapahit. Pada tahun 1352 M, Gajah Mada datang ke Lombok untuk melihat sendiri perkembangan daerah taklukannya.
Menurut Djelenga, ekspedisi Majapahit ini meninggalkan jejak kerajaan Gel gel di Bali. Sedangkan di Lombok, berdiri empat kerajaan utama yang saling bersaudara, yaitu: kerajaan Bayan di barat, kerajaan Selaparang di Timur, kerajaan Langko di tengah, dan kerajaan Pejanggik di selatan. Selain keempat kerajaan tersebut, terdapat beberapa kerajaan kecil, seperti Parwa dan Sokong Samarkaton serta beberapa desa kecil, seperti Pujut, Tempit, Kedaro, Batu Dendeng, Kuripan, dan Kentawang. Seluruh kerajaan dan desa ini takluk di bawah Majapahit. Ketika Majapahit runtuh, kerajaan dan desa-desa ini kemudian menjadi wilayah yang merdeka.
Di antara kerajaan dan desa-desa di atas, yang paling terkemuka dan paling terkenal adalah kerajaan Lombok yang berpusat di Labuhan Lombok. Pusat kerajaan ini terletak di Teluk Lombok yang strategis, sangat indah dengan sumber air tawar yang banyak. Posisi strategis dan banyaknya sumber air menyebabkannya banyak dikunjungi pedagang dari berbagai negeri, seperti Palembang, Banten, Gresik, dan Sulawesi. Berkat perdagangan yang ramai, maka kerajaan Lombok berkembang dengan cepat.
Kedatangan Penjajah Belanda
Belanda telah datang dan berhasil menundukkan banyak kerajaan di nusantara. Watak imperialisme Belanda yang ingin menguasai seluruh jalur perdagangan di nusantara telah menimbulkan kemarahan Kerajaan Gowa di Sulawesi. Jalur perdagangan di utara telah dikuasai oleh Belanda. Untuk mencegah jatuhnya jalur selatan, kemudian Gowa berinisiatif menutup jalur selatan dengan menguasai Pulau Sumbawa dan Selaparang. Kedatangan penjajah Eropa juga membawa misi kristenisasi, karena itu, Gowa kemudian menaklukkan Flores Barat dan mendirikan Kerajaan Manggarai untuk mencegah kristenisasi tersebut.
Ekspansi Gowa menimbulkan kekhawatiran Gelgel. Untuk mencegah agar Gelgel tidak dimanfaatkan Belanda, maka Gowa kemudian mengadakan perjanjian dengan Gelgel tahun 1624 M, yang disebut Perjanjian Sagining. Dalam perjanjian diatur, Gelgel tidak akan mengadakan perjanjian kerjasama dengan Belanda, sementara Gowa akan melepaskan kekuasaannya atas Selaparang. Perjanjian ini tidak berlangsung lama, karena masing-masing pihak melanggar isi perjanjian tersebut.
Untuk mengimbangi Gelgel yang bekerjasama dengan Belanda, kemudian Gowa bekerjasama dengan Mataram di Jawa. Selanjutnya, dalam usaha untuk memperebutkan hegemoni, akhirnya pecah peperangan antara Gowa dan Belanda di Lombok. Dalam perang tersebut, Gowa mengalami kekalahan, hingga terpaksa menandatangani perjanjian dengan Belanda di Bungaya. Bungaya merupakan sebuah tempat yang terletak dekat pusat Kerajaan Gelgel di Klungkung, Bali, dan merupakan simbol dari dekatnya hubungan antara Gelgel dengan Belanda.
Konsekwensi kekalahan Gowa dari Belanda adalah, Gowa harus melepaskan seluruh daerah kekuasaannya di Lombok, Sumbawa dan Bima. Memanfaatkan kekosongan Gowa tersebut, Gelgel kembali mencoba menaklukkan Selaparang, namun selalu menemui kegagalan.
Walaupun Selaparang telah berhasil mengalahkan Gelgel, namun, wilayah kerajaan ini belum sepenuhnya aman dari ancaman eksternal. Dalam perkembangannya, kemudian berdiri dua kerajaan baru pada tahun 1622 M, yaitu Kerajaan Pagutan dan Pagesangan. Untuk mengantisipasi ancaman, kemudian Selaparang menempatkan sepasukan kecil tentara untuk menjaga perbatasan di bawah pimpinan Patinglaga Deneq Wirabangsa.
Ternyata, kehancuran Selaparang bukan karena serangan dua kerajaan kecil ini, tapi akibat serangan ekspedisi tentara Kerajaan Karang Asem tahun 1672 M. Pusat Kerajaan Selaparang rata dengan tanah, sementara keluarga kerajaan semuanya terbunuh. Sejak saat itu, Kerajaan Karang Asem menjadi penguasa tunggal di Lombok.
4. Kehidupan Sosial Budaya
Di masa Prabu Rangkesari, Lombok (Selaparang) mencapai masa kejayaannya. Saat itu, kehidupan budaya berkembang pesat. Para cerdik pandai dari Selaparang menguasai dengan baik bahasa Kawi, bahasa yang berkembang di nusantara ketika itu. Berkat kemajuan dalam dunia sastra tersebut, akhirnya, para cendekiawan Selaparang berhasil menciptakan aksara baru, yaitu aksara Sasak yang disebut Jejawen.
Dengan bekal pengetahuan bahasa Kawi, Sasak dan aksara Sasak, para sastrawan Selaparang banyak mengarang, menggubah, mengadaptasi, atau menyalin sastra Jawa kuno ke dalam lontar-lontar Sasak. Di antara lontar-lontar tersebut adalah Kotamgama, Lapel Adam, Menak Berji dan Rengganis. Selain itu, para pujangga juga banyak menyalin dan mengadaptasi ajaran sufi para walisongo. Salinan dan adaptasi tersebut tampak dalam lontar-lontar yang berjudul Jatiswara, Lontar Nursada dan Lontar Nurcahya. Bahkan hikayat-hikayat Melayu pun banyak yang disalin dan diadaptasi, seperti Lontar Yusuf, Hikayat Amir Hamzah dan Hikayat Sidik Anak Yatim.
Kajian yang lebih mendalam terhadap lontar-lontar tersebut akan mampu mengungkap kondisi sosial, budaya dan politik masyarakat Lombok pada saat itu. Dalam bidang sosial politik misalnya, Lontar Kotamgama menggariskan sifat dan sikap seorang pemimpin, yakni Danta, Danti, Kusuma, dan Warsa. Danta berarti gading gajah, artinya, apabila dikeluarkan, tidak mungkin dimasukkan lagi; Danti berarti ludah, artinya, apabila sudah dilontarkan ke tanah, tidak mungkin dijilat lagi; Kusuma berarti kembang, artinya, bunga yang sama tidak mungkin mekar dua kali; Warsa artinya hujan, artinya, apabila telah jatuh ke bumi, tidak mungkin naik kembali menjadi awan. Itulah sebabnya, seorang raja atau pemimpin hendaknya berhati-hati dalam setiap tindakan, agar tidak melakukan banyak kesalahan.
Demikianlah, Kerajaan Selaparang muncul, berkembang kemudian runtuh. Walaupun demikian, sisa-sisa peradaban tulis yang ditinggalkannya menunjukkan bahwa, kehidupan budaya di negeri ini cukup semarak dan berkembang.
5. Suku di Lombok (suku Sasak)
Jika diperhatikan secara fisik, suku Sasak ini lebih mirip orang Bali dibandingkan orang Sumbawa. Dari aspek ini bisa jadi orang Sasak berasal dari Bali. Sekarang tinggal di cari orang Bali berasal dari mana?
Berikut ini adalah foto-foto sejarah koleksi Tropen Museum Royal Tropical Institut sekitar abad 18-19, yang memuat kehidupan sosial masyarakat Lombok di zaman kolonial Belanda:
Foto 1: Raja Lombok
Foto 2: Raja Mantang
Foto 3: Suku di Lombok 1
Foto 4: Suku di Lombok 2
Foto 5: Suku di Lombok 3
Foto 6: Masyarakat dusun Sakre tahun 1897
Foto 7: Masyarakat Cakranegara
Foto 8: Tarian Gendang Beleq
Foto 9: Nyonya kompeni di pasar Ampenan
Bukti otentik suku Sasak
Beberapa minggu yang lalu, ada seorang yang mengirimkan ke saya sebuah bukti otentik asal usul suku Sasak yang disimpan keluarganya di Lombok Tengah. Bukti tersebut berupa silsilah keluarga yang berujung pada sebuah nama: Datu Pangeran Djajing Sorga (dari Majapahit, Kabangan, Jawa Timur). Dari bukti otentik tersebut, jelaslah terlihat bahwa suku Sasak yang mendiami Pulau Lombok, sebenarnya berasal dari Jawa.
Bahasa
Bahasa Sasak, terutama aksara (bahasa tertulis) nya sangat dekat dengan aksara Jawa dan Bali, sama sama menggunakan aksara Ha Na Ca Ra Ka …dst. Tapi secara pelafalan cukup dekat dengan Bali.
Menurut Ethnologue yang mengumpulkan semua bahasa di dunia, bahasa Sasak merupakan keluarga (Languages Family) dari Austronesian Malayo-Polynesian (MP), Nuclear MP, Sunda-Sulawesi dan Bali-Sasak. Sementara kalau kita perhatikan secara langsung, bahasa Sasak yang berkembang di Lombok ternyata sangat beragam, baik dialek (cara pengucapan) maupun kosa katanya. Ini sangat unik dan bisa menunjukkan banyaknya pengaruh dalam perkembangannya. Saat Pemerintah Kabupaten Lombok Timur ingin membuat Kamus Sasak saja, mereka kewalahan dengan beragamnya bahasa Sasak yang ada di lombok Timur, walaupun secara umum bisa diklasifikasikan ke dalam: Kuto-Kute (Lombok Bagian Utara), Ngeto-Ngete (Lombok Bagian Tenggara), Meno-Mene (Lombok Bagian Tengah), Ngeno-Ngene (Lombok Bagian Tengah), Mriak-Mriku (Lombok Bagian Selatan). Dari aspek bahasa, Papuk Bloq, bisa jadi berasal dari Jawa (Malayo-Polynesian), Vitname atau Philipine ( Austronesian), atau dari Sulawesi (Sunda-Sulawesi). Semoga Dewan Adat Sasak segera menerbitakan buku Sejarah Sasak dan merampungkan Kamus Bahasa Sasak.
6. Kehidupan Spiritual di Lombok
Pengaruh Hindu – Buddha
Ajaran Hindu-Bali dibawa langsung oleh pemeluknya, para imigran dari Pulau Bali sejak permualaan abad ke 17 Masehi. Hindu-Bali adalah sinkretisasi ajaran Hindu-Buddha, yang juga disebut Siwa-Buddha. Menurut Sartono Kartodirjo (1975).
Foto 10: Pura Milu Kelepuk, Lombok
Sebelum imigran dari Bali datang, pulau yang molek dan subur ini, dinamakan Gumi Selaparang dan di huni oleh orang Sasak. Sampai abad ke 17, terdapat dua buah kerajaan Sasak yaitu Kerajaan Pejanggik di Lombok Tengah sebagai kerajaan pedalaman dan kerajaan Selaparang sebagai kerajaan pesisir yang ibu kotanya di Kayangan, Labuhan Lombok di Lombok Timur.
Memasuki abad ke 17 (1600an), secara bergelombang imigran dari Karang Asem- Bali datang ke Pulau Lombok untuk membuka lahan pertanian dan mendirikan pemukiman. Penduduk baru ini datang, selain karena kerajaanya diganggu oleh kerajaan kerajaan tetangganya di Bali, juga karena wilayah tofografinya kurang menguntungkan untuk pertanian, dengan kawasan tanah perbukitan. Pemukiman-pemukiman itu dikenal dengan nama Sengkongok (di kaki Gunung Pengsong), Pagutan, Pagesangan, dan Mataram (di Kodya Mataram) dan Tanaq Embet (di Senggigi).
Pengaruh Islam
Pada awal mula masuknya agama Islam ke Pulau Lombok, penduduknya banyak yang menganut Animisme, tapi datangnya salah seorang kiyai dari Jawa yaitu Sunan Prapen maka beberapa tempat yang menjadi basisnya masih bisa ditemukan sampai sekarang.
Dalam hal penyebaran agama islam, mula-mula peranan para sufi sangat menentukan disamping para pedagang yang berasal dari Gujarat, India. Para sufi itu datang dari Pulau Jawa yang banyak membawa pengaruh dari Wali Songo. Kemudian menyusul dari ajaran-ajaran tarekat syaikh Yusu Makassar, dll. Dari sumber ajaran Syaikh Yusuf, ada yang diterima langsung pada saat beliau berada di Banten atau dari para pengikut pengikutnya di Nusantara. Sedangkan dari syaikh yang lain diterima langsung di Makkah pada saat para tuan guru dari Lombok, melaksanakan ibadah haji dan bermukim disana beberapa tahun untuk memperdalam ilmunya.
Para Sufi yang menyebarkan Islam yang berasal dari pengaruh Wali Songo meninggalkan kelompok masyarakat yang kemudian disebut Wektu Telu (Waktu Tiga) untuk membedakannya dengan yang lain, yang telah mengalami proses Islamisasi, yaitu Islam Waktu Lima.
Ketika Raja Lombok Prabu Mumbul meninggal dunia, ia digantikan oleh Prabu Rangkesari. Di masa pemerintahan Rangkesari ini, putera Sunan Ratu Giri yang bernama Pangeran Prapen datang ke Kerajaan Lombok untuk melakukan Islamisasi. Berdasarkan Babad Lombok, Islamisasi ini merupakan upaya Raden Paku (Sunan Ratu Giri) dari Gresik untuk menyebarkan Islam ke berbagai wilayah di Nusantara.
Pangeran Prapen melakukan Islamisasi di Lombok dengan kekuatan senjata. Setelah orang-orang Lombok masuk Islam, ia kemudian meneruskan upaya Islamisasi ke Bima dan Sumbawa. Sepeninggal Pangeran Prapen, masyarakat Lombok kembali ke agama asal, paganisme. Hal ini disebabkan kaum perempuan Lombok banyak yang belum memeluk Islam, sehingga berhasil mempengaruhi keluarganya agar kembali ke agama asal.
Setelah berhasil mendapatkan kemenangan di Sumbawa dan Bima, Pangeran Prapen kembali ke Lombok. Dengan bantuan Raden Sumuliya dan Raden Salut, Pangeran Prapen kemudian menyusun gerakan dakwah baru untuk mengislamkan Lombok dan berhasil mencapai kesuksesan. Seluruh pulau Lombok berhasil diislamkan, kecuali di beberapa tempat. Masyarakat yang menolak masuk Islam kemudian menyingkir ke gunung-gunung, atau menjadi orang taklukan.
Selain Islamisasi, peristiwa besar lainnya yang terjadi di masa pemerintahan Prabu Rangkesari adalah pemindahan ibukota kerajaan, dari Labuhan ke desa Selaparang. Pemindahan ibukota ini merupakan inisiatif Patih Banda Yuda dan Patih Singa Yuda, dengan alasan, letak desa Selaparang lebih strategis dan aman dibanding Labuhan. Dengan berpindahnya Kerajaan Lombok ke Selaparang, maka, kemudian kerajaan ini juga dikenal dengan nama Kerajaan Selaparang.
Dalam uraian sebelumnya dikemukakan bahwa, Kerajaan Selaparang terbagi dua periode yaitu (1) periode Hindu dan, (2) periode Islam. Tampaknya, yang dimaksud dengan periode kedua Kerajaan Selaparang (periode Islam) adalah Kerajaan Lombok yang memindahkan ibukota ke Selaparang, sehingga disebut Kerajaan Selaparang.
Kerajaan Lombok atau Selaparang ini terus berkembang, sehingga Kerajaan Gelgel di Bali merasa mendapat saingan. Karena itu, Gelgel yang merasa sebagai pewaris kebesaran Majapahit kemudian menyerang Lombok (Selaparang) pada tahun 1520 M. Namun, serangan ini berhasil digagalkan oleh Selaparang. Dalam perkembangannya, Kerajaan Gelgel sendiri kemudian juga mengalami kemunduran.
7. Pariwisata di pulau Lombok
Kalau kita lihat dari aspek sejarah, orang Sasak bisa jadi berasal Jawa, Bali, Makassar dan Sumbawa. Tapi bisa juga ke empat etnis tersebut bukan Papuk Bloq orang sasak, melainkan hanya memberi pengaruh besar pada perkembangan Suku Sasak.
Pulau Lombok yang memiliki luas 473.780 hektare ini tak hanya menyimpan kekayaan wisata alam semata. Bicara Pulau Lombok maka pikiran menerawang ke hamparan pantai Senggigi yang eksotis, indah, dan menawan. Pantai berpasir putih dengan deburan ombak kecilnya ini sayang untuk dilewatkan. Tak heran bila banyak wisatawan mancanegara maupun wisatawan Nusantara menyinggahinya.
Lombok dalam banyak hal mirip dengan Bali, dan pada dasawarsa tahun 1990-an mulai dikenal wisatawan mancanegara. Namun dengan munculnya krismon dan krisis-krisis lainnya, potensi pariwisata agak terlantarkan. Lalu pada awal tahun 2000 terjadi kerusuhan antar-etnis dan antar agama di seluruh Lombok sehingga terjadi pengungsian besar-besaran kaum minoritas. Mereka terutama mengungsi ke pulau Bali.
Berikut beberapa objek wisata di Lombok yang sayang dilewatkan. Diantaranya:
1) Wisata Alam
a) Mataram dan Cakranegara
Kota Mataram adalah ibu kota Provinsi Nusa Tenggara Barat, Indonesia. Kota Mataram terdiri dari 6 (Enam) Kecamatan yaitu Kecamatan Ampenan, Cakranegara, Mataram, Pejanggik, Selaparang, Sekarbela, dengan 50 kelurahan dan 297 Lingkungan. Kota Mataram terletak pada 08° 33’ – 08° 38’ Lintang selatan dan 116° 04’ – 116° 10’ Bujur Timur. Selain ibukota propinsi, Mataram juga telah menjadi pusat pemerintahan, pendidikan, perdagangan, industri dan jasa, serta saat ini sedang dikembangkan untuk menjadi kota pariwisata.
Keberadaan berbagai fasilitas penunjang seperti fasilitas perhubungan seperti Bandara Internasional Selaparang sebagai pintu masuk Lombok melalui udara, pusat perbelanjaan, dan jalur transportasi yang menghubungkan antar kabupaten dan propinsi inilah yang menjadi pertimbangan dalam pengembangan Kota Mataram menjadi kota pariwisata. Mataram sebelumnya merupakan bagian dari Kabupaten Lombok Barat sebelum terjadi pemekaran wilayah. Kini, ibukota Kabupaten Lombok Barat di pindahkan ke Giri Menang Gerung.
b) Narmada
Taman Narmada, 11 kilometer di timur kota Mataram, dibangun pada tahun 1727 oleh Raja Anak Agung Gede Ngurah Karang Asem sebagai taman yang indah sekaligus tempat untuk memuja Shiva. Kolamnya yang besar disebut sebagai miniatur Segara Anakan, danau kawah dari gunung berapi Rinjani dimana mereka biasanya melakukan pemujaan dengan melemparkan barang berharga ke dalam air. Sejalan dengan orang-orang yang terlalu tua untuk mencapai gunung setinggi 3,726 meter, mereka membuat Narmada untuk mewakilkan gunung dan danaunya. Di dekat kolam terdapat tempat untuk pemujaan dan mata air yang dipercaya bias membuat awet muda.
c) Pura Lingsar
Pura ini mungkin satu-satunya tempat pemujaan di dunia dimana Hindu dan Muslim datang untuk melakukan pemujaan. Kira-kira 7 kilometer di sebelah barat Narmada, pura ini dibangun pada tahun 1714 dan dibangun kembali pada tahun 1878 untuk melambangkan keharmonisan dan persatuan antara umat Bali Hindu dan Sasak Muslim di daerah tersebut, khususnya mereka yang mentaati peraturan sekolah Islam Wetu Telu yang unik. Pura Bali dibangun di tanah dataran tinggi, di belakang permukiman Muslim. Di tanah yang agak rendah adalah mata air dan di halaman pura adalah tempat diadakannya perang ketupat.
d) Pura Agung Gunung Sari
Pura besar ini berada di atas perbukitan di Gunung Sari, kira-kira empat kilometer dari Mataram, adalah saksi sejarah perang Puputan yang terjadi pada 22 November 1894 antara putra mahkota terakhir dari pemimpin Bali, Anak Agung Nengah dan pengikutnya dengan para tentara Belanda di bawah pimpinan Jendral Van der Vetter.
e) Sukarare
Ini adalah desa tempat kerajinan tenun yang terletak di sebelah selatan Cakranegara. Lombok terkenal dengan kerajinan kain songketnya yang indah. Penduduk di desa ini telah mewarisi kerajinan ini secara turun temurun dari generasi ke generasi.
f) Sengkol, pujut dan Rambitan
Waktu sepertinya tidak berputar di ketiga desa yang terletak di bagian selatan Lombok, yang menghubungkan kota mataram ke pantai Kuta. Seluruh rumah dan bangunan dibangun dengan gaya tradisional kuno dimana kehidupan mereka seakan-akan tidak mengikuti perubahan jaman. Padang gersangnya yang luas terlihat mengesankan dalam ketandusannya.
g) Pantai Batu Bolong
Terletak 9 km dari pusat kota Mataram, pantai ini mempunyai batu besar yang memiliki lubang di tengahnya. Sebuah pura berdiri menghadap selat Lombok dan di seberangnya terlihat garis batas Gunung Agung, Bali. Setelah berjemur, bersantai dan bersenang-senang di pantai yang indah, cobalah untuk menunggu sampai sore untuk menyaksikan pemandangan matahari terbenam yang menakjubkan yang pernah anda lihat ketika matahari perlahan mulai menghilang di balik Gunung Agung dengan warna-warnanya yang berkilauan.
h) Taman Mayura
Taman Mayura adalah salah satu peninggalan dari kerajaan Karang Asem Bali yang dibangun oleh Rajanya A.A. Ngurah pada tahun 1744. Di tengah-tengah kolam besar terdapat bangunan yang disebut Balai Kambang yang dulunya dipergunakan sebagai pengadilan sekaligus juga sebagai balai pertemuan. Anehnya, arsitektur bangunan tersebut memperlihatkan pengaruh Hindu dan juga Islam, sedangkan di sekitar tempat itu, patung dibuat dari batu dengan nuansa haji.
i) Pura Meru
Peninggalan Kerajaan Karang Asem yang lain adalah Pura Meru yang terletak di Cakranegara, dekat dari Mataram. Pura ini dibangun pada tahun 1720 di bawah pemerintahan Raja A.A. Made sebagai symbol persatuan umat Hindu di Lombok. Beberapa bangunan juga ditemukan di dalam kompleks pura ini, yang semuanya di desain untuk berbagai macam tujuan, termasuk 33 bangunan kecil yang terletak di sebelah pura utama.
j) Pantai Kuta
Dikenal juga dengan sebutan pantai Putri Nyale, Kuta yang terletak di pantai bagian selatan Lombok Tengah adalah satu dari pantai di Indonesia yang mempunyai pemandangan indah dan belum tersentuh. Dari Kuta menempuh jarak 5 km menuju Tanjung Aan, sebuah bentangan pasir putih di Samudera Hindia. Di sini tempat yang aman untuk berjemur dan berenang. Lebih jauh kea rah barat adalah pantai tempat untuk para peselancar. Setiap tahun, pada tanggal 19 di bulan kesepuluh pada kalender suku Sasak, ketika ikan Nyale muncul ke permukaan laut, Pantai Kuta menjadi ramai dengan berbagai macam festival.
Para nelayan berlayar ke laut sementara para pemuda pemudi berkumpul di pinggir pantai untuk menikmati pesta, sambil menggoda satu sama lain dan mungkin bisa berlanjut ke hubungan yang lebih serius.
k) Gili Air, Gili Meno dan Gili Trawangan
Gili, dalam bahasa Sasak berarti “pulau”. Ketiga pulau ini terletak berdekatan di barat laut pulau Lombok. Di sekitar pulau dipenuhi dengan batu karang yang indah. Gili Air, pulau yang paling dekat, bias dicapai dengan 10 hingga 15 menit dengan perahu motor dari pelabuhan Bangsal, dekat Pamenang.
l) Pantai Senggigi
Senggigi, di selatan Bangsal, memiliki pemandangan yang paling indah dan paling populer di pulau Lombok dengan banyak fasilitas akomodasi yang bagus. Batu karang tumbuh di pinggiran pantai.
m) Gunung Rinjani
Gunung Rinjani, gunung volcano yang masih aktif setinggi 3.726 meter, adalah satu dari gunung tertinggi di Indonesia. Di dasar kawah terdapat kaldera yang membentuk danau kawah gunung berapi Segara Anak, dikelilingi oleh tebing-tebing yang curam. Gunung ini populer di kalangan para pendaki. Sembalun Bumbung dan Sembalun Lawang adalah dua desa tradisional Sasak di kaki Gunung Rinjani.
n) Tepas, Sumbawa
Sebuah desa di kaki gunung Batu Lante, 60 kilometer arah selatan Sumbawa Besar, dimana rumah-rumah di desa ini dibangun dengan gaya arsitektur tradisional.
o) Gunung Tambora, Sumbawa
Gunung berapi Tambora dengan ketinggian 2.820 meter ini sudah tidak aktif lagi sekarang. Terkenal dengan letusannya yang dahsyat pada 5 – 15 Juli 1815 dimana puing-puing berjatuhan, gas panas dan aliran lahar membunuh lebih dari 12.000 orang. Lebih dari 44.000 orang meninggal kelaparan diakibatkan oleh letusan tersebut. Di puncak gunung ini, kaldera besarnya sekarang terdapat dua danau yang warnanya berbeda. Dari lingkaran kawah, terlihat pemandangan dari pulau, laut, Gunung Rinjani, dan pulau Lombok di kejauhan yang indah. Gunung ini menempati hampir seluruh semenanjung Sanggar.
p) Pulau Moyo
Pulau Moyo, di muara teluk Saleh, mempunyai cagar alam dengan banteng liar, rusa, babi hutan dan berbagai variasi spesies burung. Untuk datang ke pulau ini lebih baik dilakukan pada saat musim panas yaitu antara bulan Juni hingga Agustus.
q) Bima, Sumbawa
Istana kesultanan Bima sekarang sudah dijadikan Museum. Desa Dara berjarak dua kilometer dari Kota Bima yang berada di sebelah timur Sumbawa, dipercaya adalah tempat kerajaan Bima di masa lampau.
r) Sape, Sumbawa
Para pembuat kapal membuat kapal layar secara tradisional di kota pelabuhan di pantai timur Sumbawa. Sape adalah tempat keberangkatan yang lebih dekat untuk perjalanan ke Pulau Komodo, tempat kadal Komodo prasejarah berada.
s) Pantai-pantai
Pantai lain yang juga bagus bias anda jumpai di Talolai dan Hangawera di bagian utara Bima dan Lunyuk di pantai selatan Sumbawa.
t) Pantai Hu’u (Kabupaten Dompu)
Pantai pasir putih yang indah terletak di Samudera Hindia. Pantai ini terkenal dengan ombaknya yang besar dan panjang yang bagus untuk berselancar. Pantai ini dikelilingi oleh panorama yang cantik. Jaraknya apabila ditempuh dari Dompu sekitar 37 km, bisa ditempuh menggunakan mobil, dan di sini terdapat akomodasi yang simpel untuk para pengunjung.
u) Pantai Ule (Kabupaten Bima)
Pantai yang tenang dengan pasir putih yang indah terletak di teluk Bima dengan pulau kecil yang indah yang disebut Pulau Kambing. Di sini terdapat kolam ikan dan pohon garoso (buah tropis) di sepanjang pantai. Orang lokal biasanya menghabiskan liburan mereka di sana.
v) Pantai Wane (Kabupaten Bima)
Terletak 60 km dari kota Bima dan bisa ditempuh dengan mobil. Pantai ini memiliki pasir putih dan ombak yang besar, cocok untuk berselancar.
2) Wisata sejarah
Di pulau Lombok terdapat beberapa tempat untuk melihat dan mengunjungi tempat-tempat bersejarah peninggalan kerajaan Islam dan Hindu, seperti di wilayah Kabupaten Lombok Timur terdapat bekas peninggalan kerajaan Islam terbesar Pulau Lombok yaitu Kerajaan Islam Selaparang yang sekarang diabadikan namanya oleh salah satu Bandara di Pulau Lombok yaitu Bandara Selaparang. Selain itu terdapat pula peninggalan Masjid di Kabupaten Lombok Utara pada waktu penyebaran agama Islam pertama di Pulau Lombok yaitu Masjid Bayan Beleq, tempat ini berlokasi di Kecamatan Bayan dan dapat di tempuh dengan kendaraan Pribadi sekitar 3 Jam. Selain itu terdapat juga Tirta Yatra (yang merupakan peninggalan kerajaan Karangasem).
Foto 11: Masjid Bayan Beleq
Foto 12: Tirta Yatra
Istana Air Mayura (Bukti bahwa perbedaan itu Indah)
Istana Air Mayura dibangun oleh Anak Agung Anglurah Made Karang Asem pada tahun 1744. Beliau adalah seorang Raja yang membesarkan Kerajaan Karangasem di Lombok. Dahulu tempat tersebut yangbernama Kelepuk adalah hutan belantara yang banyak dihuni oleh ular berbisa. Sewaktu akan membangun tempat Mayura, Raja Bali tersebut meminta bantuan kepada Raja Makassar yang kemudian mengirimkan burung merak untuk menakut-nakuti ular di tempat tersebut. Sehingga nama tempat tersebut diganti menjadi Mayora, dalam bahasa sanskerta berarti burung merak. Dalam lidah orang Lombok, berubah menjadi Mayura (dibaca Mayure).
Mayura mempunyai 6 bangunan utama yaitu, Kolam air, Bale Loji (tempat penyimpanan pusaka), Bale Tunggu, Bale Kambang, Pura Milu Kelepuk, dan Pura Jagad Nata. Dalam komplek ini tersedia taman-taman yang asri dan enak digunakan untuk bersantai. Cukup banyak muda-mudi bersantai di sana.

Namun yang menarik adalah bangunan Bale Kambang yang berada di tengah-tengah kolam air. Di sekitar Bale Kambang ini dihiasi oleh patung-patung bercirikan orang muslim, yaitu Arab, Muslim Cina, dan Jawa. patung orang Muslim tersebut berdiri di bagian Barat, Timur dan Utara dari Bale Kambang berdampingan dengan bangunan linggih yang sangat kental nuansa Hindu Balinya.

Bangunan Bale kambang adalah bangunan tempat bersidang dan menerima tamu kerajaan Bali Karangasem dulunya. Kental dengan dengan ciri-ciri Hindu, termasuk juga ornamen-ornamen di sekitarnya. Diberi nama Bale Kambang, karena posisinya ditengah-tengah kolam air, seakan mengambang diatas air. Dahulu juga ada bangunan penjara di sampingnya. Namun sayang besi-besi penjara tersebut sudah tergerus oleh air dan waktu.
Menurut informasi yang di dapat, keberadaan patung orang Muslim di antara bangunan Hindu tersebut adalah untuk membuktikan kerukunan di Lombok sekaligus untuk mengenang bahwa Raja Bali dulu pernah dibantu oleh Kerajaan Makassar yang muslim. Selain itu juga untuk mengenang bahwa Islam dibawa masuk ke Lombok oleh orang Makassar, Arab, dan China. Untuk yang dari China ditenggarai merupakan salah satu anggota rombongan laksamana Ceng Ho, seorang panglima Muslim dari Cina yang sangat terkenal.
Istana Air Mayura ini menjadi peninggalan sejarah yang selalu mengingatkan kepada kita untuk selalu hidup berdampingan dalam perbedaan dengan saling menghormati dan menghargai.
3) Wisata Religi
Perjalanan spiritual ini adalah perjalanan persembahyangan mengunjungi beberapa pura yang merupakan peninggalan kerajaan karangasem Lombok.
Perjalanan ini diawali dengan mengunjungi Pura Jagatnatha Mayura yang merupakan istana Raja Karangasem Lombok, yang dibangun pada tahun 1744. Istana ini terkenal dengan Bale Kambangnya yang berfungsi sebagai pegadilan pada jamannya. Setelah itu perjalanan spiritual akan dilanjutkan menuju Pura Meru yang dibangun pada tahun 1720 pada jaman penjajahan Belanda. Pura ini juga dijadikan sebagai benteng pertahanan pada waktu menghadapi agresi Belanda ke II. Pada saat agresi Belanda ke II ini salah satu jendral Belanda gugur ditangan para kesatrya bali (Lombok.) jendral Van Ham gugur ditangan para kesatrya bali yang gagah berani. Jendral Van Ham dimakamkan dipemakaman umum umat Hindu di Karang Jangkong Mataram.
Perjalanan dilanjutkan menuju pura Kalasa Narmada yang sangat terkenal dengan Tirtha awet mudanya. Narmada diambil dari salah satu nama sungai suci di India yang merupakan salah satu anak sungai Gangga. Narmada merupakan miniature Gunung Rinjani dan dibangun pada tahun 1805 yang oleh raja pada saat itu digunakan sebagai istana musim kemarau. Pura Kalasa Narmada sangat erat kaitannya dengan pura Mayura (istananya) dan gunung Rinjani. Karena waktu raja berkuasa, selalu melakukan upacara pulang pakelem di danau Segara Anak, tepatnya pada purnamaning sasih kalima (5) untuk memohon hujan pada Ida Sang Hyang Widhi Wasa dan pada Bhatare Bhatari yang melingga disana. Saat usia raja semakin lanjut, maka beliau membangun Taman Narmada sebagai miniature gunung rinjani lengkap dengan miniature danau segara anak.
8. Wisata budaya (Perang Topat, tradisi pencerminan kerukunan beragama di Lombok)
Sore itu Jumat (12/12/08) ribuan warga Sasak (Lombok) dan umat Hindu berbaur di Pura Lingsar, KecamatanLingsar, Lombok Barat, Nusa Tenggara Barat untuk merayakan “Perang Topat” yakni tradisi saling lempar dengan menggunakan ketupat.
Dengan menggunakan pakaian adat ribuan warga Sasak dan umat Hindu bersama-sama dengan damai merayakan upacara keagamaan yang dirayakan tiap tahun di Pura Lingsar tepatnya setiap purnama ke-7 menurut kalender Sasak.
Tradisi Perang Topat yang diadakan di Pura terbesar di Lombok  peninggalan kerajaan Karangasem itu merupakan pencerminan dari kerukunan umat beragama di Lombok. Prosesi Perang Topat dimulai dengan mengelilingkan sesaji berupa makanan, buah, dan sejumlah hasil bumi sebagai sarana persembahyangan dan prosesi ini didominasi masyarakat Sasak dan beberapa tokoh umat Hindu yang ada di Lombok. Sarana persembahyangan seperti kebon odek, sesaji ditempatkan didalam Pura Kemalik.





Prosesi kemudian dilanjutkan dengan perang topat, bertepatan dengan gugur bunga waru atau dalam bahasa Sasaknya “rorok kembang waru” yakni menjelang tenggelamnya sinar matahari sekitar pukul 17.30. Perang topat merupakan rangkaian pelaksanaan upacara pujawali yaitu upacara sebagai ungkapan rasa syukur umat manusia yang telah diberikan keselamatan, sekaligus memohon berkah kepada Sang Pencipta. [Foto dan teks: Ahmad Subaidi/ANTARAMataram.com]
9. Lalu lintas
Pulau Lombok yang berada hanya beberapa mil dari Pulau Bali, dengan penerbangan hanya 20 menit Anda sudah sampai di Pulau Kayangan atau sebutan lain dari Pulau Lombok, terdiri dari tiga Kabupaten dan satu Kota Madya (Mataram) : yaitu Kabupaten Lombok dengan Ibu Kotanya yang baru di Gerung. Lombok Tengah dengan Ibu Kotanya Praya dan Lombok Timur dengan Ibu Kotanya Selong.
Airport Selaparang terletak di Mataram, ibu kota provinsi dan kota terbesar di pulau ini. Berbagai macam maskapai penerbangan beroperasi dari/ke Denpasar di Bali (25 menit penerbangan). Kapal ferry menghubungkan Pelabuhan Lembar/Lombok dengan Pelabuhan Padang Bai/Bali dalam waktu 1.5 jam dengan speed boat atau 4-6 jam dengan ferry normal, bias juga menuju Gili langsung dari Padang Bai. Taksi dan minivan juga menyediakan transportasi untuk ke semua tempat di pulau.
Jalan-jalan utama kebanyakan dalam kondisi yang sangat bagus, karena jalan-jalan kecil sering kali berbahaya untuk mengemudi. Penyewaan motor dan mobil juga terdapat di pusat pariwisata.
10. Pembagian administratif pemerintahan
Lombok termasuk provinsi Nusa Tenggara Barat dan pulau ini sendiri dibagi menjadi empat Daerah Tingkat II:
1. Kota Mataram
2. Kabupaten Lombok Barat
3. Kabupaten Lombok Tengah
4. Kabupaten Lombok Timur
5. Geografi, topografi dan demografi
Selat ombok adalah batas flora dan fauna Asia. Mulai dari Lombok ke arah timur, flora dan fauna menunjukkan ciri-ciri khas Australia. Ilmuwan yang pertama kali menyatakan hal ini adalah Alfred Russel Wallace, seorang Inggris di abad ke-19. Untuk menghormatinya maka batas ini disebut Garis Wallace.
Topografi pulau ini didominasi oleh gunung berapi Rinjani yang ketinggiannya adalah 3.726 meter di atas permukaan laut dan membuatnya yang ketiga tertinggi di Indonesia. Daerah selatan pulau ini adalah sebuah ladang terbuka bebas yang subur dan ditanami dengan jagung, padi, kopi, tembakau dan kapas.
Sekitar 80% penduduk pulau ini adalah suku Sasak, sebuah suku bangsa yang masih dekat dengan suku bangsa Bali, tetapi sebagian besar memeluk agama Islam. Sisa penduduk adalah orang Bali, Jawa, Tionghoa dan Arab.
11. Penutup
Demikianlah penjelasan singkat mengenai asal usul dan apa saja yang menyangkut kehidupan masyarakat di Pulau Lombok. Semua data yang ada dalam tulisan ini masih jauh dari sempurna. Semua dikarenakan keterbatasan data dan informasi yang di dapatkan. Untuk itu kami sangat mengharapkan dukungan informasi dari para pembaca sekalian sebagai bahan masukan dan koreksi. Dengan harapan bahwa sejarah masa lalu dari pulau Lombok ini menjadi kian jelas dan bisa lebih membangkitkan kecintaan setiap generasi muda Indonesia, khususnya putra-putri Lombok.
Semoga kita tetap bisa melestarikan kepedulian terhadap sejarah dan kenangan masa lalu. Karena dengan begitu kita pun telah melestarikan hidup dan kehidupan.

sejara aceh

ACEH
Artinya: Arab, China, Eropa, dan Hindia


Dari judul di atas, setidaknya ada tiga hal yang menjadi pertanyaan bagi kita yakni pertama, sejarah, perjuangan, dan bangsa Aceh. Tiga hal tersebut memang membutuhkan waktu yang lama untuk mengkaji atau mendiskusikannya. Sebab, sepengetahuan penulis, kajian tentang sejarah Aceh telah banyak ditulis baik itu oleh orang Aceh sendiri maupun orang luar. Misalnya, kajian H.M. Zainuddin,[1] Ibrahim Alfian,[2] Lee Kam Hing,[3] C. Snouck Hurgronje,[4] dan lain sebagainya.[5]

Karya-karya di atas, tentunya sudah pernah dibaca oleh kita semua. Karena itu, untuk menjelaskan sejarah perjuangan Aceh, nampaknya karya yang penulis kemukakan tersebut cukup membantu dalam memahami sejarah perjuangan bangsa Aceh. Apalagi, sekarang kondisi Aceh masih bergejolak. Karenanya, tujuan dari kajian kita pada bab ini adalah mencari titik-titik temu sejarah yang bisa dirakit kembali untuk perjuangan masyarakat Aceh. Dengan tujuan ini, diharapkan setiap rakyat Aceh punya kesadaran tentang sejarah yang tidak hanya untuk dijadikan bahan kebanggaan daerah, tapi juga bisa menciptakan sejarah yang pernah terjadi di tempoe doeloe. Dengan demikian, generasi yang sadar sejarah sangat diharapkan di era masa depan. Sebab, ketika sejarah tidak ditulis atau direduksi, maka sekian banyak kerugian yang diderita oleh suatu bangsa.[6]

Dalam konteks di atas, Taufik Abdullah menyatakan bahwa sejarah memang mempunyai arti ganda. Pertama, sejarah sebagai pengalaman empiris – sebagai sebagai peristiwa penting yang dilalui. Kedua, sejarah sebagai bagian dari kesadaran –ketika pengalaman itu telah diberi makna. Artinya, dari pengalaman empiris itu berbagai pesan dan pelajaran serta kebijaksanaan telah diambil.[7] Karena itu, Asvi Warman Adam berkesimpulan tentang fungsi sosial-politik dari sejarah tidak sama pada seluruh masyarakat di dunia. Ada yang berfungsi untuk mengkonsolidasikan persatuan dan kesatuan bangsa, ada pula yang bertujuan untuk menemukan jati diri suatu bangsa serta mencari “kebenaran” mengenai masa lampau, ada juga yang berperan untuk mencerdaskan warga negara.[8]

Dalam kerangka ini, kajian ini diajak untuk memahami sejarah perjuangan bangsa Aceh.[9] Sejarah sebagai konsolidasi yaitu dimana setiap kita menjadikan peristiwa masa lalu sebagai alat untuk mempersatukan bangsa Aceh. Sejarah sebagai penemuan jati diri adalah sejarah yang menggambarkan bangsa Aceh sebagai salah satu bangsa yang pernah jaya di panggung dunia, yang pada gilirannya aspek ini membentuk jiwa yang mampu menatap ke depan bukan ke belakang sebagai romantisisme yang malah bukan menemukan jati diri akan tetapi lupa diri. Sejarah sebagai alat pencerdasan merupakan sejarah yang menjadikan setiap pembacanya mengerti dan belajar dari peristiwa tersebut bukan untuk mengulangi. Sebab, sejarah hanya berlaku untuk ruang dan waktu tertentu yang karenanya sejarah tidak untuk dikenang-kenang tapi bagaimana sejarah bisa memenangkan perjuangan.

Keberhasilan Bangsa Aceh Tempoe Doeloe

Mengungkapkan keberhasilan suatu bangsa –khususnya Aceh– dalam tinjauan sejarah bukan hal yang sulit. Sebab, Aceh merupakan salah satu kawasan di Nusantara yang beruntung yang sejarahnya banyak ditulis oleh para peneliti. Hal ini setidaknya dapat dilihat dari karya-karya di atas yang menunjukkan bahwa sejarah Aceh masih dan akan terus ditulis. Namun, mengambil intisari mengapa perjuangan bangsa Aceh dahulu bisa berhasil bukan pekerjaan yang mudah. Sebab, jika sejarah ditulis oleh lawan, maka sejarah tersebut tidak akan terlepas dari bias penulis itu sendiri. Sebaliknya, sejarah yang ditulis oleh pribumi cenderung menonjolkan kelebihan tinimbang kekurangan. Untuk lebih jelasnya, maka pembahasan sub-bagian ini akan dibagi ke dalam tiga aspek yaitu, politik, ilmu pengetahuan, dan agama.

1. Politik

Dalam bagian politik, munculnya kerajaan Islam di Aceh merupakan hal yang tidak dapat diabaikan oleh para generasi muda Aceh.[10] Secara kronologi, setidaknya ada lima kerajaan Islam di Aceh, yaitu Kerajaan Peureulak, Benua Tamiang, Kerajaan Islam Samudera Pasai, Kerajaan Islam Lamuri, dalam Kerajaan Islam Aceh.

Kerajaan Pereulak[11] merupakan kerajaan Islam pertama di Aceh, bahkan di Indonesia. H. M. Zainuddin mencatat bahwa Kerajaan Peureulak adalah lebih tua dari kerajaan Tumasik (Singapura) dan Bintan, juga jauh lebih tua dari kerajan Pasai dan Melaka, yang mungkin sebaya dengan kerajaan Aru dan Palembang (Sriwijaya), bahkan lebih tua dari kerajaan Majapahit di pulau Jawa.[12] Sistem ketatanegaraan, menurutnya, masih primitif atau rezim bangsa Melayu sekarang, yaitu kepala negerinya disebut Radjo/Radja, bawahannya disebut Kedjuren dan Penghulu, tidak seperti tradisi di Pasai, Pidie, dan Aceh Besar.[13]

Di samping kerajaan di atas, Kerajaan Benua Tamiang yang mula tidak beragama Islam,[14] kemudian setelah takluk ke Samudera dan memeluk agama Islam, maka oleh Sulthan Pasai diangkatlah raja lain yang bernama Radja Muda Sedia, pengganti Radja Dinok yang tewas dalam peperangan melawan tentera Samudra Pasai.[15]

Corak pemerintahan kerajaan ini disebutkan ber “Balai” dengan susunannya sebagai berikut: pertama, Raja dibantu oleh seorang Mangkubumi yang mempunyai tugas sehari-hari mengawasi jalannya pemerintahan dan ia bertanggung jawab kepada raja (pada waktu Raja Muda Sedia, mangkubuminya ialah: Muda Sedinu). Pertama, untuk mengawasi jalannya pelaksanaan hukum oleh pemerintah atau lembaga-lembaga penegak hukum yang dibentuk, diangkat pula seorang Qadhi Besar. Di Tingkat pemerintah daerah terdapat pula; a) Datuk-Datuk Besar yang memimpin daerah-daerah kedatuan; b) Datuk-Datuk Delapan Suku yang memimpin daerah-daerah suku perkauman; c) Raja-Raja Imam yang memimpin di daerah-daerah dan sekaligus juga bertindak sebagai sebagai penegak hukum di daerahnya.[16] Kerajaan ini pernah diserang pada sekitar tahun 1351 M., oleh kerajaan Majapahit.

Lebih lanjut, kerajaan yang ketiga adalah Kerajaan Islam Samudera Pasai. Kerajaan ini berdiri sejak abad ke-XI M. atau tepatnya pada tahun 1042 (433 H). Dan sebagai pendiri serta Sulthan yang pertama dari kerajaan ini adalah Maharaja Mahmud Syah, yang memerintah pada tahun 433-470, atau bertepatan dengan tahun 1042-1078 M.[17] Untuk mengambarkan tentang kerajaan ini, laporan Muhammad Ibrahim dan Rusdi Sufi nampaknya layak untuk disebutkan di sini:

Samudra Pasai adalah kerajaan yang bercorak Islam dan sebagai pemimpin tertinggi kerajaan berada di tangan Sulthan yang biasanya memerintah secara turun temurun. … di samping terdapat Sulthan sebagai pimpian kerajaan, terdapat pula beberapa jabatan lain, seperti Menteri Besar (Perdana Menteri atau Orang Kaya Besar), Seorang Bendahara, seorang Komandan Militer atau Penglima Angkatan Laut yang lebih dikenal dengan gelar Laksamana, seorang sekretaris Kerajaan, seorang Kepala Mahkamah Agama yang dinamakan Qadi, dan beberapa orang Syahbandar yang mengepalai dan mengawasi pedagang-pedagang asing di kota-kota pelabuhan yang berada di bawah pengaruh kerajaan itu. Biasanya para Syanbandar ini juga menjabat sebagai penghubung antara Sulthan dan pedagang-pedagang asing.[18]
Sebagai bukti kemegahan kerajaan ini, kedatangan satu Musafir dari Timur Tengah dapat dijadikan sebagai data sejarah yang tidak dapat diabaikan, yakni Ibn Battutah. Ibnu Bathuthah datang ke Aceh pada 1345. Sedangkan yang menjadi tempat tujuan Ibn Bathuthah adalah Kerajaan Samudera Pasai. Ketika Ibn Bathuthah singgah di Pasai selama lima belas hari dalam tahun 746/1345, menyaksikan Islam aliran Sunni telah berkembang pesat dan madzhab yang dianut Syafi‘i. Kehidupan kerajaan bergaya Persia. Diceritakan pula bahwa di antara orang-orang besar kerajaan yang menjadi anggota majelis sultan termasuk Amir Daulah yang berasal dari Delhi, Qadli Amir Said dari Syiraz dan ahli hukum Tajuddin dari Isfahan. Ibn Bathuthah melaporkan juga bahwa banyak orang besar kerajaan pernah bertemu dengannya di Delhi.[19] Ibnu Di Bathuthah juga melaporkan perjalanannya mengatakan bahwa dalam sebuah pengertian politis, Samudera adalah pos luar yang paling akhir dari Dar al-Islam. Sekalipun kota-kota lainnya di sebelah Selatan sepanjang pantai Sumatra telah mengembangkan dengan suburnya permukiman-permukiman komersial, tidak ada negara Muslim merdeka yang diketahui eksistensinya dimana pun di sebelah Timur Samudera sebelum pertengahan abad keempat belas.[20] Di Samudera Pasai bertemu dengan salah seorang perwira tinggi militer, yang ternyata sudah dikenalnya. Orang itu pernah berpergian ke Delhi beberapa tahun sebelumnya dalam rangka misi diplomatik bagi Samudera.[21]

Setelah Kerajaan Samudera Pasai di Aceh tepatnya di Pidie ditemukan Kerajaan Islam Lamuri. Meski masih simpang siur, kabar tentang kerajaan ini, berdasarkan penulis-penulis luar, kerajaan Lamuri sudah disebut-sebut oleh berita-berita Arab sejak pertengahan abad ke IX M. Seperti juga kerajaan Islam Sumadra Pasai yang berpola maritim dan Islam, maka kerajaan Lamuri yang juga hampir berpola sama tentunya juga mempunyai sistem dan lembaga-lembaga pemerintahan yang tidak jauh berbeda dengan kerajaan Islam Samudra Pasai.[22]
Terakhir, kerajaan Islam yang sampai sekarang masih dikaji adalah Kerajaan Islam Aceh. Pusat Kerajaan Aceh itu di Banda Aceh atau di Kutaraja sekarang ini yang mulai didirikan pada abd ke XV. Pada mulanya pusat pemerintahan Aceh terletak di satu tempat yang dinamakan kampung Ramni dan dipindahkan ke Darul Kamal oleh Sultan Alaudin Inayat Johan Syah (1408-1465) Kemudian memerintah Sulthan Muzaffar Syah (1465-1497. Beliaulah yang membangun kota Aceh Darussalam.[23]

Dari paparan di atas, yang ingin dikatakan bahwa bangsa Aceh telah lama menjadi bagian tersendiri dari kepulauan Nusantara. Walaupun demikian, jika data historis ini ditampilkan lagi sekarang, apakah bangsa Aceh akan bangkit seperti dulu lagi. Atau, sebaliknya justru malah mengalami kemunduran yang lebih parah dari sebelumnya. Untuk menjawab pertanyaan tersebut, maka pada bagian selanjutnya akan diulas tentang perkembangan ilmu pengetahuan di Aceh. Tujuan yang hendak dicapai adalah untuk membandingkan semangat pencarian ilmu tempoe doeloe dengan sekarang.

2. Ilmu Pengetahuan

Sayang memang, daerah Aceh sekarang menjadi propinsi terbelakang dalam bidang pendidikan. Daerah ini dulunya menjadi tempat mencari ilmu pengetahuan, sekarang malah sebaliknya, dari Aceh banyak yang mencari ilmu ke luar daerah yang pada gilirannya mutu pendidikan di daerah semakin menurun drastis. Bagi kita, khsusunya penulis, pendidikan adalah bentuk perjuangan total masa sekarang dan yang akan datang di Aceh.

Bangsa Aceh telah lama menjadi pusat pengkajian ilmu pengetahuan, khususnya studi Islam (islamic studies). Hampir setiap Raja di Aceh didampingi oleh para alim ulama. Di samping itu, lembaga pendidikan dayah[24] juga dapat ditemui di hampir seluruh daerah Aceh. Dayah di Aceh berfungsi 1) sebagai pusat belajar agama; (2) benteng terhadap kekuatan melawan penetrasi penjajah; (3) agen pembangunan; (4) sekolah bagi masyarakat.[25]
Oleh karena itu, tidak heran jika lembaga ini di Aceh menjadi pusat penggerak rakyat dalam berbagai bidang. Sebagai pusat belajar agama, dayah telah mendidik para calon ulama yang sampai sekarang masih dapat dilihat ditengah-tengah masyarakat. Menurut sejarah, para ulama yang datang dari Timur Tengah mengajarkan ilmu agama Islam di dayah-dayah. Atau, para teungku dayah pernah belajar pada seorang alim ulama dari Timur Tengah. Sebagai benteng pertahanan, dayah telah menoreh catatan sejarah tersendiri dalam lintasan berbagai peristiwa di Aceh. Bahkan pada waktu Kesultanan Aceh diserang Belanda, para ulama dengan gigih bertahan.[26]

Dengan demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa dayah memegang peran yang cukup signifikan di Aceh. Jadi, jangan heran, jika sekarang ulama dan dayah di Aceh sering menjadi basis pertahanan Gerakan Acheh Merdeka. Hemat penulis, mereka mencontoh sejarah tempoe doeloe.

Selain dayah, di Aceh juga sangat terkenal dengan ulama yang ahli dalam berbagai bidang ilmu pengetahuan, khususnya Islam. Nama seperti Hamzah Fansuri, Syamsuddin Sumatrani, Abdur Rauf Singkeli, Nurdin Al-Raniri merupakan ulama yang sangat produktif menulis.[27] Melalui karya-karya mereka, Aceh dikenal sebagai tempat untuk mencari ilmu pengetahuan. Syekh Burhanuddin dari Ulakan, Pariaman adalah salah seorang ulama yang pernah belajar di Aceh. Karena itu, tidak berlebihan jika dikatakan bahwa pusat pencerahan ilmu pengetahuan di Indonesia di mulai dari Aceh.[28]

Kenyataan sejarah tersebut memang diakui oleh para peneliti sejarah. Namun sayangnya, sejarah tersebut tidak dapat diulangi oleh generasi selanjutnya. Setelah kedatangan Belanda dan diteruskan oleh pergolakan demi pergolakan di Aceh telah menyebabkan pencarian ilmu pengetahuan di Aceh mengalami kemunduran pada titik nol. Hal ini memang sangat berlebihan, tapi jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, kontribusi generasi Aceh terhadap peningkatan ilmu pengetahuan di Aceh sangat lamban. Hal ini disebabkan oleh gejolak di Aceh semenjak pasca kemerdekaan sampai dengan sekarang ini.

3. Agama

Di Aceh, agama (baca: Islam) menjadi sendi pokok dalam kehidupan sehari-hari. Hampir semua lapisan masyarakat selalu melandaskan pada agama Islam. Sehingga, kekuataan agama menjadi salah satu pendorong dalam perjuangan bangsa Aceh. Melalui agama, kerajaan juga bisa berkembang. Lewat agama juga, ilmu pengetahuan bisa mencapai kemajuan yang sangat berarti. Demikian, juga agama menjadi hukum bagi masyarakat Aceh.

Sebagai contoh, dua aspek di atas yaitu politik dan ilmu pengetahuan selalu mengedepankan Islam sebagai landasannya. Undang-undang Kerajaan Aceh hampir semuanya berdasarkan pada agama.[29] Untuk mengambarkan data sejarah yang nyata tentang peran agama di Aceh, dalam manuskrip kitab Tazkirah Thâbaqat Jumû‘ Sultân As-Salâtîn disebutkan bahwa:

“Syahdan ( ) maka ketahui oleh hai talib bahwa pada negeri Islam dalam seluruh dunia ini dari dahulu sampai sekarang hingga akan datang tiap-tiap kerajaan ( ) Islam hendaklah memegang tiga perkara pertama qanun syara‘ Allah kedua qanun syara‘ Rasul Allah ketiga qanun syara‘ kerajaan maka tiga macam ( ) seperti yang tersebut maka hendaklah memegang oleh sulthan-sulthan dengan teguh supaya negeri aman dan rakyat senang hidup dengan makmur ( ) wajib itu dua macam yang pertama wajib fardhu ain yang kedua wajib fardhu kifayah”.

Dengan demikian, dapat ditarik kesimpulan bahwa agama merupakan tiang pokok masyarakat Aceh. Karena itu, dengan semangat agama, semua persoalan di Aceh dapat diselesaikan. Dalam melawan penjajah, rakyat Aceh selalu melibatkan “agama di depan”. Tujuan yang hendak dicapai oleh agama adalah syahid.[30] Dan jika sudah syahid maka syurga adalah impian terakhir. Akibatnya, para syuhada di Aceh sangat banyak sekali. Ringkasnya, dengan ideologi jihad, kedatangan penjajah Belanda, menurut Azyumardi Azra, menjadi semacam “ rahmat terselubung”, bagi kelompok-kelompok etnis Muslim di kawasan ini.[31]

Pada saat yang sama, persoalan di Aceh juga selalu melibatkan agama. Misalnya, Gerakan Di/TII yang dipelopori oleh Daud Beureueh dalam Manifesto Pemberontak Aceh juga mengatasnamakan agama sebagai alasan gerakan tersebut. Untuk lebih lengkapnya mengenai teks manifesto tersebut, kami sebutkan di bawah ini:

“Atas nama Allah kami rakyat Aceh sudah membuat sejarah baru di atas persada tanah tumpah darah, kami berkehendak membentuk suatu Negara Islam.
Kami telah jemu melihat perkembangan-perkembangan atas dasar Negara Republik Indonesia, betapa tidak, sejak dahulu kami berharap, bercita-bercita negara berkisar atas dasar Islam, akan tetapi jangankan terujud apa yang kami idam-idamkan, malahan sebaliknya semakin hari tampak pada kami ada di antara pemuka-pemuka Indonesia mencoba membelok ke arah yang sesat.
… Jika pidana Tuhan tidak berlaku, itu berarti menyimpang dari Ketuhanan Yang Maha Esa.
Andaikan Undang-Undang Dasar R.I. sudah memberi jaminan kemerdekaan beragama c.q. Islam, sudah lama pula dapat berjalan hukum-hukum agama di tanah Aceh, yang rakyatnya 100 persen beragama Islam.
Malahan oleh Kejaksaan Agung sendiri pernah mencoba-coba mengeluarkan berkhotbah di mesjid atau di tempat-tempat lain yang katanya tempat agama, yang berisi politik, padahal bagi kami politik ialah sebagian dari agama yang kami anut, kalau boleh kami mengatakan bahwa Kejaksaan Agung ialah instansi resmi yang mula-mula mencoba menghalangi-halangi kami beragama, yang harus diminta pertanggung jawaban di hadapan Undang-Undang Dasar Negara dan di depan Tuhan, jika orang dari Kejaksaan Agung juga beragama Islam dan beriman kepada Tuhan.
…. Rasa sedih dan kesal ini memupuk keinginan kami untuk membentuk suatu Negara Islam. Andaikata orang menyalahkan kami, maka kesalahan itu harus mula-mulanya ditimpakan kepada pundak Sukarno sendiri.
Andaikata orang mengatakan pembentukan Negara Islam di Aceh berlawanan dengan hukum dan mengakibatkan kekacauan, kami akan mengatakan bahwa tindakan kami ini disebabkan oleh hukum yang kacau atau karena kekacauan hukum; tentu tidak heran; kekacauan akibat (karena) kekacauan hukum, tentu orang tidak dapat memperbaiki akibat sebelum ia sendiri memperbaiki asal pokok musababnya….”[32]

Jadi, di Aceh agama dijadikan standar dalam segala sisi kehidupannya. Jika sesuatu hal yang tidak bertentangan dengan agama, maka hal tersebut tidak akan dipermasalahkan. Begitu juga sebaliknya, jika ada masalah bertentangan dengan agama, maka nyawa sebagai taruhannya. Untuk itu, sejarah telah membuktikannya.

Pantulan Sejarah Terhadap Persoalan Aceh Sekarang

Dari uraian sejarah di atas, tampaknya gejolak di Aceh tidak lepas dari konteks sejarah. Karenanya, untuk menganalisa masalah Aceh, berikut ini akan diketengahkah beberapa titik balik sejarah Aceh yang sedikit banyak mengalami paradoks.

a) Setelah melihat kekuatan politik Aceh tempoe doeloe, maka hal yang pertama yang terjadi di Aceh adalah merosotnya kekuataan politik di Aceh, baik itu di kalangan rakyat baik di dalam maupun di luar Aceh. Dahulu, persatuan kerajaan Islam Aceh telah menyebabkan daerah ini mampu menguasai sampai ke Semenanjung Malaka. Sekarang setelah tidak adanya persatuan politik tentang kesadaran akan sebagai rakyat Aceh, persoalan yang terjadi tidak pernah terselesaikan. Indikasi yang menunjukkan ke arah tersebut nyata di depan mata. Dulu, rakyat Aceh mendapat bantuan dari berbagai kerajaan (negara) Islam. Sekarang setelah kekuatan politik lemah, tidak ada satu negara pun yang membantu Aceh.

Selain indikasi di atas, rakyat Aceh tidak pernah bersatu dalam satu ikatan. Dalam konteks ini, istilah lain adalah pengkhianat. Hampir seluruh perjuangan bangsa Aceh kandas di tangan pengkhianat. Para syuhada, kecuali gugur secara wajar, banyak juga yang wafat karena ulah pengkhianat. Watak ini sampai sekarang masih membekas. Para pengkhianat ini selalu melintasi sejarah Aceh.[33] Mereka terkadang secara terang-terangan menjual Aceh kepada penjajah atau juga dengan cara diam-diam. Adanya pengkhianat ini telah mengkandaskan perjuangan bangsa Aceh sejak zaman Belanda. Sejauh pengetahuan penulis, Teuku Chik Di Tiro meninggal setelah diracuni oleh seorang janda. Cut Nyak Dhien ditawan oleh Belanda karena diberitahu oleh salah seorang kawannya. Masih banyak bentuk pengkhianatan lain yang sampai sekarang membekas dalam benak rakyat Aceh.

Selain pengkhianatan, di Aceh juga terjadi “dendam sejarah” yang sampai sekarang masih api dalam sekam. Akibat dari “dendam sejarah”, tidak heran jika ada segolongan rakyat Aceh tidak punya keinginan menyelesaikan kasus Aceh. “Dendam sejarah” tersebut adalah “Peristiwa Cumbok”. Peristiwa ini, menurut Taufik Abdullah, “revolusi sosial” di Aceh. Inti dari “revolusi” tersebut banyak uleebalang yang menemui ajalnya, dan banyak pula harta mereka yang dirampas.[34] Efek dari peristiwa tersebut telah menyebabkan rasa persatuan di kalangan rakyat Aceh melentur sehingga sangat mudah dimasuki oleh “penjajah” model baru. “Penjajah” ini sangat paham akan kekuatan rakyat Aceh, sehingga yang pertama kali dikikis habis adalah rasa “memiliki” Aceh.

Orang Aceh Utara mengatakan bahwa dirinya adalah orang “paling” Aceh, sebab kawasan ini banyak industri vital. Begitu juga Aceh Pidie juga menyebutkan bahwa dirinya orang “paling” Aceh, karena dari daerahnya banyak muncul tokoh-tokoh penting dalam sejarah Aceh. Pada saat yang sama, orang Gayo yang tidak ingin disebut orang Aceh. Karenanya, mereka selalu menyebut dirinya “orang Gayo”.[35] Padahal dalam sejarah bangsa Aceh, persaingan tingkat inter-etnis lokal tidak pernah ada. Dahulu para pahlawan dalam bergerilya hampir menyisir seluruh bagian Aceh. Kenapa sekarang, ketika sudah merdeka kita membuat “kapling ideologi”. Sesungguhnya, hal tersebut tidak pernah terjadi dalam sejarah Aceh.

Kenyataan ini, adalah potensi yang menciptakan perpecahan di Aceh. Potensi tersebut dapat dibaca oleh “musuh” baik itu dari dalam maupun dari luar. Karenanya tidak heran jika sekarang peta pergerakan perjuangan di Aceh sangat beragam. Di tingkat lapangan ditemui GAM dengan rakyat. Di tingkat menengah dijumpai para mahasiswa dan aktivis LSM yang mempunyai beragam orientasi tentang persoalan Aceh. Di tingkat atas, para elit politik yang “bermain” di Jakarta, Aceh dan luar negeri.

GAM cenderung mendekati rakyat dengan pendekatan sejarah. Belum lagi persoalan GAM Cantoi[36] yang memeras rakyat. Di sini membuktikan rakyat Aceh belum matang dalam mempelajari politik. Memang jika semua kita membenarkan gerakan kita atas nama sejarah, maka sejarah yang mana yang kita harapkan dari masyarakat. Mengapa sejarah tersebut tidak dijadikan sebagai pusat kesadaran kolektif masyarakat. Maksudnya, jika menurut sejarah, bangsa Aceh berhasil mengapa keberhasilan tersebut tidak kita contoh. Apakah sejarah hanya untuk membangkitkan semangat tanpa program dan target yang nyata.

Hal yang sama juga terjadi pada para mahasiswa penggagas Referendum, yang menurut hemat penulis telah tidak bertanggung jawab dalam menggulirkan isu tersebut. Awalnya, isu tersebut bisa menjadi pendidikan politik masyarakat Aceh. Sayangnya istilah tersebut diartikan dengan merdeka. Kekeliruan ini tentunya dimanfaatkan oleh kalangan yang menginginkan Aceh tetap kacau. Secara istilah, referendum adalah penyerahan suatu masalah kepada orang banyak supaya mereka menentukan (jadi, tidak diputuskan oleh rapat atau oleh parlemen); penyerahan suatu persoalan supaya diputuskan dengan pemungutan suara umum (semua anggota suatu perkumpulan atau segenap rakyat). Dalam hal ini, referendum ada dua yaitu referendum fakultatif tidak wajib meminta pendapat secara langsung (bergantung pada putusan penguasa), misal penetapan undang-undang; referendum obligator kewajiban meminta pendapat rakyat secara langsung dalam mengubah sesuatu, misal perubahan konstitusional.[37] Dalam konteks tersebut, nampaknya sosialisasi referendum di Aceh telah mengalami kegagalan sehingga yang ditengarai oleh Jeda Kemanusiaan yang secara hukum tidak mengakhiri proses pembantaian di Aceh. Sekali lagi, kalangan yang mensosialisasikan referendum telah terjebak ke dalam makna “merdeka” sehingga rakyat mengharapkan referendum yang oleh mahasiswa sampai saat ini belum bisa direalisasikan. Namun demikian, usaha ke arah tersebut patut dihargai meskipun dengan beberapa catatan di atas.
Adapun para elit politik dapat dibagi ke dalam empat golongan.

Pertama, mendukung sepenuhnya dan secara lantang mensuarakan kehendak rakyat Aceh. Namun terkadang usaha mereka kandas di tengah jalan. Ada yang diculik, dibunuh dan dibantai. Oleh sebab itu, upaya yang dilakukan untuk menyelesaikan masalah Aceh tidak pernah terselesaikan.
Kedua, mendukung tapi tidak memperlihatkan dukungannya. Biasanya dukungan tersebut muncul ketika menyimak berita tentang Aceh. Kelompok ini biasanya sangat dekat dengan orang Aceh, tapi tidak punya “kuasa” dalam pengambilan keputusan politik.

Ketiga, tidak mendukung sepenuhnya. Kalangan ini secara terang-terangan memperlihatkan ketidaksukaan pada rakyat Aceh. Mereka ada yang terdiri dari orang Aceh dan bukan orang Aceh. Orang Aceh yang dimaksud adalah mereka yang punya “dendam sejarah” dan telah menikmati hasil keringatnya yang tidak mau “diganggu”. Sedangkan orang luar Aceh merupakan orang-orang yang punya kepentingan di Aceh baik secara politik maupun ekonomi. Nampaknya faktor terakhir lebih dominan ketimbang faktor pertama.

Keempat, tidak mendukung penyelesaian kasus Aceh, namun tidak memperlihatkan ketidakinginannya. Mereka cenderung bermain di belakang layar. Tujuan yang hendak dicapai, adalah sama dengan kelompok ketiga, tapi mereka punya pilihan lain jika keinginan mereka tidak tercapai. Atau dengan kata lain, jika perjuangan rakyat Aceh berhasil, maka mereka akan ke pilihan lain.

b) Pendidikan Aceh telah merosot ke titik nadir. Dulu Aceh menjadi pusat studi di Asia Tenggara. Sekarang, malah sebaliknya, kita orang Aceh “hengkang” dari Aceh ke luar Aceh dan mutu pendidikannya sangat rendah. Di tambah lagi mutu SDM kita sangat rendah. Akibatnya, dengan Sumber Daya Alam (SDA) yang tinggi tidak didukung oleh SDM yang memadai yang akhirnya hasil-hasil bumi Aceh banyak dinikmati oleh non-bangsa Aceh.

Hemat penulis, kekuatan pendidikan di Aceh, sekarang ini banyak dikikis habis. Bukti konkret adalah pembakaran sekolah-sekolah dan sibuknya mahasiswa Aceh dalam gejolak di Aceh. Sehingga dapat dibayangkan, satu generasi Aceh akan bodoh total. Ramalan ini bukan mengada-ada. Jika usia 7 tahun (2000) tidak sekolah atau tidak ada keamanan, maka umur 25 tahun (2018) sebagai usia produktif akan berkurang mutu pendidikan di Aceh. Bisa dibayangkan bagaimana sejarah masa depan Aceh nantinya. Semua aspek kehidupan sangat ditentukan oleh tingkat pendidikan rakyat. Andai sejarah masa depan menjadikan bangsa Aceh merdeka, satu pertanyaan yang mungkin muncul yaitu bagaimana mutu pendidikan bangsa Aceh. Kita tentunya tidak ingin seperti Timor Timur. Begitu juga jika diberlakukan otonomi khusus, apakah bangsa Aceh siap mengelola hasil-hasil buminya.

Keraguan ini bukan tanpa alasan mengingat seluruh lapisan masyarakat Aceh telah melupakan pendidikan. Hampir semua bangsa Aceh melupakan faktor pendidikan, khususnya bagi generasi muda. Begitu juga, jika semua pemuda Aceh memanggul senjata atau demontrasi maka dapat dibayangkan pada tahun 2015, posisi Aceh dalam percaturan ilmu pengetahuan akan mundur ke belakang. Untuk itu, perlu dikembangkan lagi wajib belajar bagi mereka dan mau kembali membangun Aceh.

Kenyataan bahwa di Aceh terjadi pembodohan besar-besaran adalah bukan hal yang mesti dipungkiri. Sebab, cara pembodohan tersebut di Aceh sangat sistematis dan ini harus disadari oleh kita. Cara-cara tersebut adalah dengan membakar sekolah-sekolah, membantai para ulama,[38] dan membuat ketegangan di tengah-tengah masyarakat Aceh. Menurut sejarah, hal ini serupa dengan yang dilakukan oleh Belanda ketika menjajah Aceh. Misalnya, dayah dibakar berikut kitab-kitabnya, ulama dibantai, masyarakat dibuat resah. Dengan demikian, dibutuhkan kesiagaan penuh untuk membangkitkan kembali pendidikan di Aceh.

Jika hal di atas, tidak menjadi perhatian kita, maka perjuangan bangsa Aceh akan sia-sia. Sebab, di era globalisasi yang akan berperan adalah teknologi dan ekonomi, di samping juga agama akan memegang peran yang signifikan.[39] Artinya, apabila bangsa Aceh ingin membuat sejarah lagi, maka tiga hal tersebut harus menjadi titik tekan dalam segala bentuk perjuangannya.
c) Agama tidak lagi menjadi perhatian dalam kehidupan di Aceh. Fenomena ini tidak sepenuhnya benar, namun arah kesana sudah nampak. Agama tidak lagi menjadi pertimbangan di Aceh. Nyawa, harta, wanita adalah hal yang biasa. Seorang yang membenci orang lain, nyawa adalah taruhannya. Hal ini memang telah terjadi sejak zaman penjajahan di Aceh. Dari waktu ke waktu, setiap nyawa pasti melayang di bumi ini. Bagi yang berjuang, nyawa adalah taruhan yang sangat cocok untuk mencapai kesyahidan. Dalam ini, agama adalah landasan. Tapi, bagi para “penjajah” nyawa adalah salah satu dari bentuk ”komando” yang harus dipatuhi.

Memang di Aceh akan berlakukan otonomi khusus yang diterjemahkan dengan semua urusan kecuali tiga urusan, yaitu hubungan luar negeri, pertahanan (keluar) dan moneter, diserahkan kepada Daerah (selanjutnya disebut Nanggrau Aceh Darussalam – NAD). Atau dalam bahasa Dzulkarnain Amin, Aceh memperoleh “kemerdekaan ke dalam”.[40]

Dengan demikian, peran agama akan sangat menentukan tentang bagaimana aplikasi dari otonomi khusus. Untuk itu, ulama, umara dan rakyat Aceh sejatinya menjadikan agama sebagai landasan dalam pelaksanaan otonomi tersebut. Namun kendala muncul lagi yaitu bagaimana menerapkan agama dalam masyarakat yang sudah terkena “sindrom militerisme”. Istilah ini sengaja kami angkat guna memperlihatkan bahwa di Aceh sekarang gejala militerisme banyak ditemukan. Maraknya penghilangan nyawa secara paksa dan penyebaran fitnah adalah salah satu fenomena yang banyak ditemui di Aceh. Akhirnya, posisi agama akan sangat dilematis yang pada gilirannya penerapan agama ( baca: hukum) di Aceh akan menemui jalan buntu. Sebab, untuk melaksanakan hal tersebut dibutuhkan undang-undang yang konon berita yang diterima RUU No.44 tahun 1999 belum disahkan sampai tulisan ini disampaikan.[41]

Jika RUU tersebut disahkan, maka perjuangan bangsa Aceh akan berhasil, namun jika tidak, perjuangan bangsa Aceh akan menebarkan sebanyak mungkin kehilangan nyawa dan fitnah. Dengan perkataan lain, “jalan buntu” di atas harus dicari “jalan alternatif” yaitu kemauan politik (political will) dari lima komponen perjuangan bangsa Aceh di atas (GAM, rakyat, mahasiswa, LSM, dan elit politik Aceh). Kelima komponen tersebut, sejatinya duduk dalam “satu meja” bermusyawarah bukan malah menciptakan konflik yang sama sekali merugikan masing-masing pihak.

Manakala hal tersebut terjadi, memori sejarah perjuangan bangsa Aceh tentang keserasian antara ulama, umara dan rakyat di Aceh akan terulang kembali. Kita mungkin masih ingat ketika perjuangan bangsa Aceh melawan Belanda dimana cara Belanda dalam menaklukan Aceh adalah dengan cara memecah belah bangsa Aceh, gambaran ini dapat diringkas sebagai berikut:
“Dalam usaha mereka untuk menguasai Aceh, Belanda mencoba untuk memisahkan kekuatan-kekuatan tradisional –sultan, uleebalang, dan ulama- dengan menawarkan “pemerintahan sendiri” (“self governing”) bagi para uleebalang dengan cara korteverklaring (deklarasi singkat) pada tahun 1874. Cara ini menghasilkan hubungan yang tidak harmonis antara uleebalang dan ulama, yang akhirnya terjadi konflik berdarah di antara mereka selang beberapa waktu setelah Indonesia merdeka pada 1945. Pada dasarnya, perselisihan ini merupakan hasil rekayasa Belanda yang dianjurkan oleh Snouck Hurgronje pada akhir abad ini.”[42]

Akhirnya,

“Dengan cara-cara di atas, Belanda berhasil memecah belah persatuan rakyat Aceh, yang pada gilirannya menyebabkan adanya konflik yang berkelanjutan antara kelompok yang pro-sultan dan pro-uleebalang. Di antara para uleebalang, ada yang sudah mempersiapkan untuk merebut korteverklaring, dan ada juga beberapa yang masih setia pada sultan. Kendatipun demikian, sultan memperoleh dukungan yang sangat kuat dari ulama, hal mana sangat anti terhadap Belanda. Dengan begitu, mereka memimpin perlawanan terhadap mereka. Bersama dengan para aristokrat yang masih mendukung sultan, para ulama ikut perang yang dilandaskan pada ajaran agama. Dengan menggunakan strategi perang gerilya, mereka terus-menerus berjuang dalam beberapa tahun untuk menghalangi Belanda yang membawa agama dalam kontrol mereka selama sepuluh tahun setelah sultan ditawan. Dengan demikian, Belanda tidak berhasil memerintah di Aceh sampai akhir tahun 1918, selama 45 tahun setelah meletus berperang.”[43]

Demikianlah yang dilakukan oleh Belanda dan nampaknya apa yang terjadi sekarang di Aceh tidak jauh berbeda dengan ilustrasi di atas. Teori Snouck dipraktekkan secara sistematis namun agak sedikit kejam, khususnya dalam bidang agama. Bukan maksud untuk membangkitkan rasa kemarahan, tragedi penerapan DOM di Aceh adalah bukti sejarah hitam dalam kehidupan masyarakat Aceh. Dalam hal ini, korban nyawa, harta, “perawan” (baca: pemerkosaan) adalah catatan pelanggaran HAM yang sampai sekarang belum ada satu pun disidangkan menurut hukum negara Indonesia atau hukum Islam.

Setidaknya, menurut laporan catatan berbagai sumber, catatan pelanggaran HAM di Aceh sebagai berikut: Versi FP HAM 25 Kasus Tersadis. 1) Tak boleh tutup aurat saat shalat; 2) digorok dan rumah korban dibakar; 3) rumah terbakar, tak diganti rugi; 4) diikat, ditarik ramai-ramai, lalu didor; 5) diganduli batu, lalu dibenam ke sungai; 6) ajimat dicabut dan disiksa; 7) ditembak, kemudian kuburnya dibongkar; 8) digebuk, dicampak ke mobil, lalu dikubur massal; 9) ditembak di depan umum; 10) diciduk di masjid, dibantai di lapangan; 11) dijadikan tameng saat bertempur lawan GPK; 12) tangan dibedah, ditetesi air asam; 13) disiksa hingga mata kiri tak berfungsi; 14) diculik serempak lalu dibunuh massal; 15) santri diculik, lalu dibantai; 16) kepala dikuliti depan anak; 17) ditembak dalam sumur; 18) ditaruh pemberat besi; 19) disiksa sembilan malam, dilapari; 20) suami dibuang, istri disentrum: 21) semua gigi dirontokkan; 22) cacat karena dipukul dengan balok; 23) tulang rusuk dipatahkan; 24) digantung, kepala ke bawah; 25) diperkosa, hamil, ditinggal.[44]

Menurut versi AGAM, ada dua belas cara penganiayaan yang terjadi di Aceh terhadap tahanan selama DOM sebagai berikut: 1) disepak dan diterjang di bagian yang lemah dengan tujuan mencederakan; 2) pelir tahanan dijepit hancur dengan menggunakan tang; 3) Kaki kursi diletakkan ke atas anak jari kaki tahanan itu, kemudian para tentara duduk di atasnya untuk menambahkan tekanan atas anak kaki mereka sampai remuk–redam hancur berdarah; 4) telapak tangan dan kaki tahanan dipaku seperti orang yang disalin, hanya tiang salibnya saja yang tidak digunakan; 5) tahanan-tahanan direbus dengan air panas; 6) tahanan direndamkan berhari-hari atau berminggu-minggu dalam kolam air najis; 7) tahanan digantung kepala ke bawah dan kaki ke atas; 8) tubuh tahanan ditonjok dengan puntung rokok dan besi panas; 9) tahanan dipukuli dengan batang besi atau tangkai-tangkai yang keras berlapiskan papan tipis (triplek) di antara senjata tajam dengan tubuhnya supaya bila dipukuli tinggal bekas tetapi rusak di dalam badan tersebut semakin parah, sehingga mereka muntah darah; 10) kawat besi yang tajam dimasukkan ke dalam saluran kencing kemaluan kemudian diputar-putar kawat itu sehingga mengakibatkan sakit yang tidak terhingga; 11) tahanan-tahanan diikat ke sebuah balok es 1,5 meter, yang berjam-jam lamanya baru cair. Begitu mencair es batu tersebut, tahanan tersebut menjadi dan sudah tidak sadarkan diri; 12) ada di antaranya yang dicungkil matanya.[45]

Adapun pelanggaran HAM terhadap perempuan adalah menarik untuk mengutip versi Al-Chaidar (Aceh Bersimbah Darah), dkk. ada 12 cara yaitu 1) wanita Aceh diperkosa tiga tentara; 2) pelecehan seksual terhadap kaum wanita; 3) diperkosa, hamil, lalu ditinggal begitu saja; 4) gadis korban perkosaan melahirkan anak pemerkosa; 5) diperkosa sambil berdiri; 6) diperkosa, disetrum dan dicambuk dengan kabel; 7) ditelanjangi massal; 8) gadis cacat diperkosa oleh tentara yang sedang mabuk; 9)suami diculik, istri dilecehkan; 10) diambil paksa dan diperkosa; 11) diarak telanjang, lalu didor; 12) digagahi di depan anaknya.[46]

Data-data di atas adalah bukti nyata bahwa agama tidak lagi disegani oleh para pelanggar HAM. Ini membuktikan bahwa sebutan Serambi Mekkah tidak tepat lagi. Sebab jika yang namanya Mekkah, maka setiap darah di atas tempat tersebut adalah haram hukumnya kecuali murtad. Karena itu, sebutan “Serambi Mekkah” harus didefinisikan kembali dalam konteks ke-Aceh-an baru.

Paparan di atas merupakan pengingkaran sejarah bangsa Aceh terhadap apa yang sudah dibangun oleh para pendahulu ternyata disia-siakan. Dalam hal ini, ada pendapat yang menyebutkan mereka (para indatu kita) telah berjuang dan berkarya dengan baik sesuai dengan masanya. Kita tidak boleh bertepuk tangan atas kejayaan mereka, kita justru dituntut untuk berkarya sendiri.[47] Oleh karenanya tuntutan tersebut harus menjadi agenda kita semua sebagai generasi baru Aceh.

Dari paparan di atas ada beberapa hal yang dapat digarisbawahi. Pertama, bahwa perjuangan bangsa Aceh merupakan tugas kita semua rakyat Aceh, tanpa kecuali. Oleh karena itu, skat-skat perbedaan antara kita seharusnya mulai di kikis. Dengan cara demikian, kajian sejarah di atas, merupakan salah satu pedoman dalam melakukan perjuangan.

Kedua, bentuk perjuangan dengan kesadaran sejarah adalah perjuangan yang menyeluruh. Maksudnya, perjuangan bangsa Aceh harus dilaksanakan secara kolektif tanpa ada pengembosan atau pengkhianat. Jika sejarah, membuktikan bahwa bangsa Aceh mampu mengusir penjajah, mengapa kita di era modern tidak mampu berbuat demikian. Dengan perkataan lain, perjuangan bangsa Aceh harus didefinisikan ulang yaitu perjuangan bangsa Aceh untuk golongan, kalangan atau demi tanah Rencong. Jika demi kalangan dan golongan, maka sampai kapanpun perjuangan bangsa Aceh akan tetap mengalami kegagalan. Namun jika perjuangan demi tanah pertiwi Aceh, maka Insya Allah bantuan akan datang seperti para indatu kita dulu berjuang.

Ketiga, khusus bagi generasi muda adalah bagaimana mempersiapkan Aceh di masa depan bukan malah terjebak pada permasalahan politik yang tidak jelas. Oleh karenanya, pendidikan merupakan salah satu persiapan untuk arah ke sana. Sebab untuk mengharapkan generasi sekarang berjuang demi Aceh adalah harapan yang berlebihan. Karena, perjuangan selalu membutuh waktu dan ruang. Mereka tentu telah berjasa dan pada saat yang sama Aceh juga masih menunggu jasa-jasa kita.

Akhirnya, saran saya kepada kita adalah mari kita membuat sejarah yang akan dibaca oleh cucu kita sebagaimana kita membaca sejarah nenek moyang kita. Sebab walau bagaimanapun sejarah adalah cermin suatu bangsa.


[1]H.M. Zainuddin, Tarich Atjeh dan Nusantara, (Medan: Pustaka Iskandar Muda, 1961).
[2]Ibrahim Alfian, Perang di Jalan Allah, (Jakarta: Sinar Harapan, 1987); idem, Wajah Aceh dalam Lintasan Sejarah, (Banda Aceh: Pusat Dokumentasi dan Informasi Aceh. 1999).
[3]Lee Kam Hing, The Sultanate of Aceh: Relations with the British 1760-1824, (Kuala Lumpur: Oxford University Press, 1995).
[4]C. Snouck Hurgronje, Aceh: Rakyat dan adat Istiadatnya, 2 Jilid (Jakarta: INIS, 1997).
[5]Sejauh ini, meskipun bukan peneliti sejarah, penulis telah mengumpulkan beberapa literatur sejarah tentang Aceh yang ditulis oleh berbagai pihak. Untuk lebih mendalami dan mengerti sejarah Aceh, maka penulis menganjurkan untuk membaca beberapa karya berikut: Luthfi Auni, ”The Decline of The Islamic Empire of Aceh,” Tesis M.A. McGill University, (1993); Amirul Hadi, ”Aceh and The Portuguese: A Study of the Struggle of Islam in Southeast Asia 1500-1579,” Tesis M.A. McGill University, (1992); M. Hasbi Amiruddin, ”The Response of The Ulama Dayah to the Modernization of Islamic Law in Aceh,” Tesis M.A. McGill University, (1994); Hamdiah Latif, ”Persatuan Ulama Aceh (PUSA): Its Contribution to Educational Reforms in Aceh,” Tesis M.A, McGill University, (1992); Amran Zamzami, Jihad Akbar di Medan Area, (Jakarta: Bulan Bintang, 1990). Namun dewasa ini, sejak pergolakan Aceh, sejarah Aceh juga masih ditulis. Baca misalnya, Al-Chaidar, dkk., Aceh Bersimbah Darah: Mengungkap Penerapan Status Daerah Operasi Militer (DOM) Di Aceh 1989-1998, (Jakarta: Pustaka AL-Kautsar, 1999); Yusra Habib Abdul Ghani, Mengapa Sumatera Menggugat, (Biro Penerangan Acheh-Sumatera National Liberation Front, 2000); Fikar W. Eda dan S. Satya Dharma (peny.), Aceh Menggugat: Sepuluh Tahun Rakyat Aceh di Bawah Tekanan Militer, (Jakarta: Pustaka Sinar Harapan, 1999); Kaoy Syah dan Lukman Hakiem, Keistimewaan Aceh dalam Lintasan Sejarah: Proses Pembentukan UU No.44/1999, (Jakarta: Pengurus Besar Al-Jami’iyatul Washliyah, 2000).
[6]Kasus kongkret adalah apa yang dialami oleh bangsa Indonesia, menurut Asvi Warman Adam, pada masa awal Orde Baru, strategi pengendalian sejarah mencakup dua hal: pertama, mereduksi peran Soekarno, dan kedua, membesar-besarkan jasa Soeharto. Lihat Asvi Warman Adam, ”Pengendalian Sejarah Sejak Orde Baru,” dalam Henri Chambert-loir dan Hasan Muarif Ambary (ed.), Panggung Sejarah: Persembahan kepada Prof. Dr. Denys Lombard, (Jakarta: Yayasan Obor Indonesia, 1999), 572.
[7]Taufik Abdullah, Islam dan Masyarakat: Pantulan Sejarah Indonesia, (Jakarta: LP3ES, 1996), 161.
[8]Asvi Warman Adam, Pengendalian Sejarah, 576.
[9]Sejauh pengetahuan penulis, pendekatan sejarah sering digunakan oleh Gerakan Acheh Merdeka dalam mensosialisasikan program-programnya. Lihat misalnya Tengku Hasan di Tiro,”Perkara & Alasan Perdjuangan Angkatan Atjèh Sumatera Merdéka”, Tjeramah :Dimuka Scandinavian Association of Southeast Asian Social Studies Göteborg, Sweden, 23 Agustus, 1985. Untuk membuktikan asumsi ini, penulis mengutip sepenggal ceramah Hasan Di Tiro,” Lama sekali sebelum kedatangan pendjadjahan2 Eropa Barat ke Dunia Melaju (Asia Tenggara) Atjeh sudah mendjadi satu negara merdeka jang berdaulat jang diakui dunia internasional di Sumatera. Pada waktu itu negara merdeka itu lebih terkenal dengan nama Keradjaan Atjeh, tetapi kemudian mendjadi lebih terkenal dengan nama sebuah pelabuhannja jang sering dikundjungi oleh kapal-kapal Eropa, jaitu pelabuhan ‘Samudra’ di Atjeh Utara, jang dari padanja berasal nama Sumatera. Buku Larouse Grand Dictionnaire Universelle, menggambarkan Keradjaan Atjeh pada waktu itu sebagai "bangsa jang paling berkuasa di Dunia Melaju atau Hindia Timur, pada achir abad ke-16 dan sampai pertengahan abad ke-17. ("Vers la fin du XVIe siècle et jusqu’ à la moitië du XVIIe, les Achins etaient la nation dominante de l’archipel Indien.") Vol.I, p.70, Paris, 1886. Sebuah sumber sedjarah jang besar jang lain, La Grand Encyclopedie, menulis sebagai berikut: "Pada tahun 1582, bansa Atjeh sudah meluaskan kekuasaannja atas pulau2 Sunda (Sumatera, Djawa, Borneo, dll), atas satu bagian dari semenandjung Tanah Melaju, dan mempunjai hubungan dengan segala bangsa jang melajari lautan Hindia, dari Djepang sampai ke Arab. Sedjarah peperangan jang lama sekali jang dilantjarkan oleh bangsa Atjeh terhadap bangsa Portugis jang menduduki Malaka sedjak permulaan abad ke-16, adalah halaman2 jang tidak kurang kemegahan dan kebesarannya dalam sedjarah bangsa Atjeh. Pada tahun 1586, seorang Sultan Atjeh menjerang Portugis di Malaka dengan sebuah armada yang tediri dari 500 buah kapal perang dan 60,000 tentera laut." ("En 1582, ils avaint étandu leur Malacca depuis le commentcement du XVIe siècle n’est pas une des pages les moins prépondérance sur les iles de la Sonde, sur une partie de la Presque ‘ile de Malacca, ils étaient en relation avec tous les pays que baigne l’océan Indien depuis le Japan jusqu´ à glorieuse de l’ histoire des Atchinois. En 1586, un de leur Sultans attaque les Portugais avec une flotte d’ environ 500 voiles montée par 60,000 marins." (Vol.IV,p.402, Paris,1874)”. Lihat juga “Pernjataan Atjeh Sumatera Merdeka Kembali,” oleh Tengku Hasan di Tiro, 4 Desember, 1976, dimuat dalam AGAM: Madjallah Angkatan Atjeh Meurdehka, No.40 (1991), 72-74; idem,”Nasionalisme Indonesia,” Suara Acheh Merdeka, edisi VI Desember (1995), 22-23. Tulisan ini kembali dimuat dalam Yusra Habib Abdul Ghani, Mengapa Sumatera Menggugat, 42-52. Lebih dari itu, Tengku Hasan Di Tiro, konon menurut kabar tersiar adalah Wali Negara Acheh Merdeka. Dia memilih dirinya sendiri sebagai wali negara. Berikut petikan salah satu tulisan Hasan Di Tiro, ”Saya telah menanda-tangani Surat Pernyataan Acheh/Sumatera Merdeka sebagai Negara Sambungan atas kelegalan Hak Successor State sebab pada waktu ini saya yang berhak (bertugas) sebagai Wali Negara Acheh sebagai Tengku Tjhik di Tiro menggantikan (cetak miring dari penulis) Yang Mulia Nenekanda Tengku Tjhik Mahyeddin dan Pamanda Tengku Tjhik Ma’at, yang gugur pada 3 Desember, 1991, dalam perang dengan Belanda.” Lihat Tengku Hasan Di Tiro,”Konsep-Konsep Ideologi Acheh Merdeka,” Suara Acheh Merdeka, (1995), 34. Untuk mengetahui latarbelakang mengapa Hasan di Tiro mendirikan organisasi Acheh Merdeka, baca Tengku Hasan di Tiro, The Price of Freedom: The Unfinished Diary of Tengku Hasan di Tiro, (National Liberation Front of Acheh Sumatra, 1984).
[10]Penting dicatat bahwa pada saat kekuatan-kekuatan imperialis Barat telah mematahkan kekuatan sebagian besar negara-negara Islam, pada saat itulah, pada permulaan abad XVI, lahirlah “Lima Besar Islam” yang terikat dalam suatu kerjasama ekonomi, politik, militer dan kebudayaan. Lima Besar Islam yang dimaksud yaitu: 1. Kerajaan Turki Usmaniyah, yang berpusat di Istambul, 2. Kerajaan Islam Maroko di Afrika Utara, 3. Kerajaan Islam Isfahan di Timur Tengah, 4. Kerajaan Akra di India, 5. Kerajaan Aceh Darussalam di Asia Tenggara. Baca, Ali Hasjmy,”Banda Aceh Darussalam Pusat Kegiatan Ilmu dan Kebudayaan,” dalam Ismail Suni (ed.), Bunga Rampai Tentang Aceh, 208.
[11]Asal kata Peureulak menurut Ali Hasjmy adalah sebagai berikut: di satu daerah di wilayah Aceh Timur sekarang, banyak sekali tumbuh kayu besar, yang bernama “Kayei Peureulak” (Kayu Perlak), bahkan telah merupakan “Rimba Peureulak”. Kayei tersebut sangat baik untuk bahan pembuatan perahu, kapal, sehingga banyak dibeli oleh perusahaan-perusahaan kapal/perahu.… Kemudian para pengembara/pedagang sebelum “Zaman Islam” yang datang dari Cina, Arab, Persia, Hindi, Italia, Portugis dan lain-lainnya melalui Selat Melaka dan singgah di Pelabuhan daerah Kayei Peureulak, terus menyebut pelabuhan yang mereka singgahi itu dengan “Bandar Perlak”. Lihat A. Hasjmy, ”Adakah Kerajaan Islam Perlak Negara Islam Pertama di Asia Tengara,” dalam A. Hasymy (ed.), Sejarah Masuk,
 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. mari berkreasi - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger